28 Januari 2010

anything but (not) you



Bayangkan gimana kalau saat ini salah satu sahabat elo sedang jatuh cinta setengah mati dan tergila-gila dengan seorang cowok. Yang bahkan sampai sms elo cuman buat nanyain cowok itu lagi ngecek hape atau enggak (kondisinya gue lagi barengan sama tu cowok soalnya), dan mastiin cowok itu buat bales sms si sahabat gue.
I know she deeply madly in love with him.

Tapi gimana kalau gebetannya sahabat elo itu malah suka sama elo?
What would you do?
Jaga jarak kah? Atau menikmati perasaan terlarang (halah) itu???
Well, I’m just curious.

Omong-omong soal ingin tahu, gue enggak segitunya bakal nge-khianatin sahabat gue sendiri dengan bales suka perasaan gebetannya dia. Lagian jangan sampe si cowok itu suka sama gue. Hahaha.
Yah, semoga feeling gue salah deh.

inikah rasanya...???



aq adalah anak pertama dari 4 bersaudara..
2 cewe dan 2 cowo..*sepasang* :)
dulu seorang temanku pernah mengatakan
" enak y chie...punya banyak sodara..pasti rumahnya rame banget..ga kaya rumahku sepi.. "
*maklumlah..dy anak tunggal*
dan dy benar..karena mempunyai banyak sodara rumahku pun selalu rame oleh teriakan2 adeku..suara musik yang terlalu bising...suara tivi yang terlalu keras..dan juga suara pertengakaran2 antar sodara..
yupz..banyak sodara membuat aq dan sodara2ku yang laen biasanya diselingi pertengkaran2 kecil *lemparin kakaknya make panah2 maenan..jitakin ade..saling jambakk*
upzz...tapi itu dulu...waktu kami semua masih kecil dan belom terlalu mengenal arti persaudaraan *sighh...* :p
dulu..disaat aq sering berantem dengan sodaraku..dalam hati biasanya aq berkata
" enakan jadi anak tunggal kali y..g ada ribut2..minta apa aja pasti diturutin.."

dan akhirnya....aq merasakannya...
bukan anak tunggal dalam arti sebenarnya...sejak tinggal di jakarta bulan lalu, otomatis aq menjadi anak tunggal disini...ada ayah..ada ibu *walopun sering PP jakarka-makasar*...dan hanya ada aq karena sodara2ku berada di makassar..
rasanyaa??????.....
hmm.....SEPIIIII....>,<
rasanya g enak...kalo mw pergi g ada yang nanyain " chie mw kemana??nitip d'crepes y"
kalo malam biasax ribut2 ma ade ganggti2 chanel tv..sekarang malah ribut2 ma ortu..kalo pagi biasanya ada yang *sok2* nyium tangan kalo mw k sekolah...sekarang ga ada..kalo biasanya di mobil selalu ribut buat nyari tempat makan enak sekarang juga dah ga ada..kalo biasanya makan pizza nya berebutan sekarang malah adem ayem ajah...
arrgghhh.....
inikah rasanyaaaa????????????.....

27 Januari 2010

Teganya

Hai Guys... *celigukan nyari penghuni rumah*
Ini rumah kok sepi banget yak...
Mumpung lagi ga ada orang, aku mau pinjem kamar buat menye-menye bentar. 15 menit aja.

Aku sedang kecewa, marah, sedih. Di kost aku meraung. Aku sudah ga tahu lagi gimana cara membuatmu nyaman. Kamu terlalu memaksaku dengan caramu yang lama-lama membuatku merasa marah. Kamu kan tidak tahu kalo selama ini, aku terus mengalah. Demi sesuatu yang kujaga agar tidak bubar. Sesuatu yang kuanggap lebih penting dari rasa sentimentilku.

Kalo saja itu bukan kamu, sudah kuhabisi kamu tanpa sisa. Teganya kamu padaku... Memperlakukan aku seolah semua yang kulakukan ga ada yang bener dimatamu. Semuanya salah !! Sementara pada yang lain, kamu sedemikian toleran. Tapi, kalo aku yang salah, tanpa ampun kau menggilasku.

Aku marah padamu. Saking marahnya, aku jadi sedih. Dadaku sesak, asmaku kumat, leherku tegang. See... Semua penyakit yang hanya datang kalo aku udah overload ramai-ramai menghampiriku.

Aku mati-matian menjaga perasaanmu, tapi kau selalu menemukan celah untuk memojokkan aku. Membuatku seperti terdakwa yang tidak punya hak membela dirinya. Kau kejam !!

Aku berusaha tulus melakukan apa yang kubisa untuk membuatmu nyaman. Tulung, hargai sedikit saja apa yang sudah kulakukan. Aku tidak pernah memintamu memahamiku. Tidak perlu. Mungkin aku memang terlalu complicated bagimu yang simple. Biarkan aku menjadi diriku, seperti aku tidak pernah memintamu menjadi yang lain. Aku menyukai semua yang ada padamu & tidak ingin kamu merubah apapun. Kamu orisinil, itu yang membuatku betah.

Aku masih punya sedikit tenaga untuk bertahan. Smoga ini cukup. Mungkin, aku memang terlalu memaksa diriku & tidak memberi jeda sekedar untuk bernafas. Aku mau istirahat...

Guys, aku pamit yak... Mau ngebo dulu dikost, kepalaku sakit lagi...

23 Januari 2010

I Hate Copycat

Sejak kecil saya ini ditakdirkan selalu bikin orang kepingin ngikutin apa yang saya pakai sampai apa yang saya lakukan. Anak tetangga bisa nangis guling-guling kepingin punya jaket atau kemeja seperti yang saya pakai. Beberapa teman lainnya bahkan ada yang sampai meniru-niru apa yang saya sukai dan tidak sukai. Parah!

Entah apa yang mereka lihat dari diri saya. Sumpah, saya nggak ngerti. Saya ini dulu cuma gadis kecil yang hidup pas-pasan, sakit-sakitan, yang kadang-kadang nggak bisa beli baju lebaran karena ortu nggak punya uang. Kalaupun saya punya pakaian baru, itu dijahit ibu saya sendiri. Bukan baju toko yang mahal dan bermerek.

Saya juga penyendiri, dan kalau main biasanya dengan anak lelaki. Saya jarang pakai rok, berambut pendek (kalaupun sempat dipanjangkan selalu dikuncir ekor kuda atau dibentuk cepol asal-asalan), punya penyakit asma, dan bandeeeellll banget!
Karena saya penyendiri itulah saya benci diikuti, dibuntuti, dan ditiru. Apa bangganya sih ditiru orang lain? Berasa selebriti? Idih, saya bukan selebriti kok!

Kebiasaan yang sampai sekarang masih melekat pada saya adalah: saya akan langsung membuang atau menyingkirkan barang apapun yang disamai oleh seseorang secara sengaja. Waktu kecil, saya pernah membuang baju saya ke tong sampah ketika anak tetangga memakai baju yang sama, meski beda warna. Saya juga jadi mendadak nggak suka dengan penyanyi yang tiba-tiba ikut disukai teman saya.

Saya risih dijadikan role model atau patron oleh orang lain dalam arti copycat alias penjiplakan. Oke, saya bangga kalau bisa mempengaruhi orang menjadi postive minded melalui saran-saran atau tulisan saya. Tapi saya nggak suka orang meniru kehidupan pribadi saya. Sebab belum tentu itu akan mendatangkan kebaikan pada yang bersangkutan.

Setiap orang mestinya menjadi diri sendiri. Punya keinginan berdasarkan nurani sendiri, melakukan apapun yang menjadi seleranya sendiri, mendapatkan apa yang DIA dibutuhkan bukan berdasarkan apa yang ORANG LAIN butuhkan.

Saya pengikut setia tren mode. Tapi hanya mode yang cocok dengan diri saya. Saya nggak menampik bahwa saya juga suka tertarik melihat gaya pakaian seseorang. Tapi harus saya pikir berlipat-lipat dulu dan tidak akan saya ikuti jika tidak cocok dengan saya. Saya nggak mau disebut celamitan dan norak.

Beneran deh, sampai sekarang saya nggak ngerti kenapa orang-orang suka mengikuti kelakuan saya. Padahal saya ini paling nggak mau diikuti orang lain. Paling nggak suka sama dengan orang lain. Waktu kecil saya yang miskin ini dibedakan oleh kakek saya yang suka pilih kasih itu, jadi biarlah saya ini jadi orang yang berbeda dengan orang lain.

Aneh? Iya, saya memang aneh. Tapi mereka yang suka ngikutin saya juga lebih aneh lagi.

22 Januari 2010

What Women Want




Dalam sebuah obrolan, seorang teman laki-laki bertanya "harus gimana sih memperlakukan perempuan? aku bingung. Kayaknya serba salah". Mmm...menjawab pertanyaan ini emang susah-susah gampang. Seandainya semua bisa dibuat lebih praktis seperti dalam filmnya Mel Gibson dimana kamu tiba-tiba bisa mendengar isi hati para perempuan dan dari situlah kamu jadi tau apa yang sesungguhnya mereka mau.

Tapi dunia nyata bukan film. Ketika itu saya pun rada bingung menjawab pertanyaan si teman. Karena perempuan memang makhluk yang sulit dipahami. Yes people, kami-kita-makhluk perempuan-ini memang dibesarkan dengan sistem yang kompleks, yang membentuk kami pun menjadi pribadi yang kompleks. Kami boleh mengekspresikan apa yang kami rasa, tapi untuk hal-hal tertentu, kami diharuskan tertutup. Nah bingung kan? T

Temen-temen harus banyak baca kajian gender mainstreaming untuk bisa memahami kondisi ini hehehehe. Tapi ada sebuah benang merah yang sangat jelas, walaupun gak juga memecahkan masalah, untuk bisa mencoba memahami perempuan. It called sensitivity.

Kata orang, perempuan itu makhluk sensitif, dan benci mengakui ini, tapi stereotip ini benar. Ini karena makhluk perempuan dibesarkan untuk menjadi perasa. Sejak kecil dia sudah dibebankan berbagai tanggung jawab yang kebanyakan seputar mengurus orang lain dan sekitarnya. Maka itu dia dituntut untuk lebih peka pada sekelilingnya dan itu membentuk perempuan sampai dewasa. Makanya, kepekaan sangat dibutuhkan untuk memahami perempuan.
Dan temen saya makin bingung dengan penjelasan saya yang emang mbingungi ini hahahaah!.

Intinya, laki-laki dan perempuan memang berangkat dari titik pandang yang berbeda. Kalo laki-laki mau mencoba mengerti perempuan, berpikirlah seperti perempuan. Jangan pukul rata. Yang saya dengar dari temen-temen laki, laki-laki itu makhluk pukul rata. Mereka memperlakukan teman laki-laki mereka semua sama.
Well, gak bisa gitu kalo sama perempuan. Mengingat perempuan itu makhluk yang unik, para laki-laki gak bisa pake teori "one for all" untuk semua perempuan. Setiap individu perempuan harus dilihat sebagai dirinya, bukan sebagai kaumnya. Sebagai contoh, gak semua perempuan ingin diperlakukan bagai benda rapuh karena sesungguhnya perempuan makhluk yang sangat kuat, tapi ada kalanya ia memang sedang rapuh dan ingin dimanja, dan untuk tahu keinginannya ini, kita mesti kayak sponge kering. Hold still and pay attention, berusaha serap banyak hal dari sikapnya baru kemudian sarikan. Jangan terlalu cepat menyimpulkan.

Makanya tadi saya bilang, be sensitive, and sensitive also means gak grasa grusu. Ngerti kan deen? loh kok jadi ke deni hihihih.

Ok, sebagai penutup, ijinkan saya menceritakan sesuatu biar tulisan ini makin sulit dimengerti dan gak jelas juntrungannya hauahuahauha!.

Suatu hari saya putus dengan seseorang. Didalam mobil, dibawah pohon beringin rindang yang oh rada menyeramkan, kami bicara. Intinya, hubungan itu sudah gak bisa dipertahankan lagi dan saya pengen semuanya selesai.
Ketika saya akan keluar mobil, si mantan menarik tangan saya, persis kayak pelem India ah tarik-tarikan.

"Tunggu!" dia bilang. "Kita masih bisa memperbaiki semuanya". Saya bilang gak. "bisa aku anter kamu pulang?", kata si mantan.
"Gak usah, saya bisa pulang sendiri", padahal boong hahhahaha! karena saya memang pengennya dianterin pulang, tapi daripada jujur dan tengsin, saya malah mengatakan hal sebaliknya. Saya pun banting pintu mobil.
Jalan beberapa meter, saya masih belum mendengar mesin mobil dinyalakan.
"Oh mungkin dia sedang berpikir hihihihih", kata saya dalam hati. Langkah saya bertambah. Sebenernya saat itu saya sangat berharap dia mengejar saya dari belakang dan keukeuh ingin mengantarkan saya pulang.

Oh saya dengar suara mesin mobil! dia pasti nyusul saya hihiihihi. Dari ekor mata, saya melihat mobil dia mendekat. Eh tapi kooook, dia lewat ajaaaa! sialan! kampret! ternyata dia lewat aja gitu! Huh! Yaa yaa akhirnya saya pulang sendiri, menanti angkot di jalan sepi, masih untung gak diangkut sama satpol PP!

Sepertinya benar juga yang dikatakan orang-orang, perempuan itu lain di mulut lain di hati, hihihihihi.

21 Januari 2010

Rasional


Bicara saya, bicara temperamen.
saya batak. keras, pemarah, pencemburu.
logat sedikit kental. makannya banyak. nyetir mobil kayak kesurupan.
tidak sabaran, selalu mau cepat, but afterall i am a good kisser.. hahaha... iklan.

saya memang pencemburu.
tanya saja korbannya.
sandra.
:D
berapa kali sudah kami bertengkar pendek pendek (kurang dari 2 jam) gara-gara cemburu gak jelas.
saya, bisa jadi sangat logis kalau tentang arsitektur, perhitungan orang accounting, sampai dengan pertimbangan atas karyawan.
tapi sebaliknya, saya bisa jadi orang yang paling bodo, yang paling gak rasional, paling gak logis, kalau sudah bicara analogi sandra dan laki-laki lain.
posesif ya namanya?

sari tahu, popi tahu,
apalagi enno.

satu itu mau saya rubah.
karena saya tahu, itu membuat kami tidak sehat, membuat sandra tidak nyaman, dan membuat saya frustasi sendirian.

pertanyaannya?

bagaimana caranya???

19 Januari 2010

Aku pernah nyolong ubi


Baiklah.
Saya mengaku.
Saya pernah nyolong ubi dikebun Ibu Guru saya sendiri.
Sungguh perbuatan yang tak terpuji & pantas dihujat.
Ibu Gurunya ngajar pelajaran agama & kebetulan guru tari saya juga.

Ceritanya, setiap semester ada pelajaran masak-masak. Salah satu kawan saya mengajukan usul membuat sup ubi. Tapi, dianya ga punya kebun ubi. Temen yang lain ngajak cari ubi ditempat dia aja. Akhirnya, kesepakatan dibuat bahwa sore ini, kita kumpul dirumahnya & bersiap masuk hutan. FYI, saya besar di pedalaman Maluku Utara yang kebetulan masih punya hutan untuk dibikin kebun oleh kami, para pendatang. Tapi, kami ga gila-gilaan nebang hutan kok, cuma menggunakan tanah disela-sela pohon untuk bertanam ubi & kacang, kadang semangka.

Pergilah kami sore itu, seperti laskar pelangi yang akan memasuki hutan. Cewek semua & kami kompak menggunakan celana pendek. Si temen tadi langsung mengajak kami ke kebun yang dia maksud. Dengan semangat, kami mencabuti beberapa batang ubi yang kami anggap cukup umur untuk dicabut. Ubi-nya kami masukin ke dalam karung yang udah kami siapkan dari rumah.

Tiba-tiba si temen yang ngaku punya kebun itu bilang gini, "Eh, kita pulang cepat sudah e. Nanti Ibu Ida pu suami datang. Kalo kita dapat tangkap, kita tara bisa bikin sup ubi lagi kong." (Kita pulang cepet yok. Ntar suami Bu Ida datang. Kalo kita ketangkap, kita ga jadi bikin sup ubi)

Semua anak noleh. Semua merasa TERTIPU. Whattt ??!!

Temenku yang lain ngomong, "Ceee...ngana tipu kita semua ini? Kurang ajar sekali ngana e." (Kamu nipu kita semua yak? Kurang aja sekali kamu yaa)

Entah siapa yang mulai, kaki-kaki kami memutuskan mulai ambil langkah seribu. Terhuyung-huyung kami membawa karung yang berisi ubi hasil curian sambil berdoa dalam hati biar ga ketangkap.

Esok harinya, saat sup ubi dihidangkan diatas meja & guru-guru mulai berdatangan untuk nyicipin, kami terdiam. Apalagi saat Bu Ida ngomong bahwa sup kami enak. Mata-mata kami saling berpandangan, senyum-senyum dikulum dengan kepala tertunduk. Ibu Guruku tercinta ga tahu kalo ubi dikebun Beliau yang kami gunakan.

*permisiiii...saya mau ngakak dulu*
HWAHAHAHAHA
:P

18 Januari 2010

Ente Jual, Ane Beli

Awalnya dia minta tolong ke saya sebagai teman, untuk mengeditkan draft novelnya. Dari awal saya memang tidak berniat minta bayaran. Saya ikhlas kok, karena dulu dia cukup akrab dengan saya.
Saya mengedit tulisannya dengan ngebut. Saya sampai memakai akhir pekan panjang selama tiga hari dengan tidak pergi kemana-mana, padahal waktu itu ada ajakan naik gunung. Tiga hari tiga malam itu saya bertapa di kamar kost, bekerja seteliti mungkin dan berusaha mengejar deadline karena tenggat naik cetak novelnya.

Di sisi lain, dia juga minta salah satu temen blogger untuk membikin ilustrasinya. Selanjutnya, dia minta beberapa orang terkenal yg kebetulan juga blogger untuk jadi first reader.

Belakangan setelah novel itu akan terbit, saya mendengar dia mengedit lagi hasil editing saya itu. Saya jadi heran dan nggak mengerti maunya dia apa sih? Maaf nih, padahal tulisannya dia itu nggak mulus. Untuk soal menulis imbuhan saja dia payah. Waktu editing saya sebagian habis untuk hal-hal remeh seperti itu, yang seharusnya sebagai seorang yang sudah menamatkan pendidikan dari SD sampai SMA, dia sudah tak perlu diajari.

Saya jadi merasa sia-sia kerja tiga hari tiga malam.

Belakangan ternyata hasil ilustrasi si teman blogger yang lain juga tidak dipakainya. Dia memakai ilustrasi orang lain. Alasannya ilustrasi awal itu tidak cocok. Padahal dia sendiri lho yang bilang suka pada hasil karya si teman, dan ingin memakainya dalam bukunya.

Di blognya, dia menulis postingan khusus ucapan terima kasih buat orang-orang yang berpartisipasi untuk novelnya. Ternyata dia cuma menyebut sederet orang-orang terkenal yang jadi first readernya. Nama saya dan nama ilustrator yang pertama? Nggak ada. Mentang-mentang dia mengedit ulang hasil editing saya dan tidak jadi memakai ilustrasi pertama itu kali ya.

Setelah novelnya terbit, dia sempat mengirim undangan untuk launching bukunya. Saya tidak bisa datang karena sedang di luar kota. Tapi dia nggak pernah tuh menanyakan alamat saya sebagai itikad akan mengirim komplimen. Yang ada dia malah menyesal-nyesali kenapa saya nggak bisa hadir (mungkin untuk memuji-muji karyanya di depan hadirin).

Saya jadi berpikir: "Lho, jadi maksudnya gue harus beli nih? Kirain mau dikirim satu eksemplar."
Etikanya, editor mendapatkan beberapa eksemplar sebagai komplimen. Lagipula, toh dia tetap memasang kata pengantar dari saya sebagai editor di novel itu.

Saya sih bisa beli sendiri kalau mau. Tapi dimana sopan santunnya? Saya sudah menolong dia. Sedikitnya, meskipun dia edit lagi hasil editing saya, namun demikian tentu ada beberapa kekacauan tulisan dia yang sudah saya poles, yang masih dia pakai. Meskipun ada juga yang dia switch ke tulisan sebelum editing. Nah, sebetulnya itu merisaukan hati saya. Kalau ada lagi kalimat salah ketik, salah eja, salah menulis imbuhan di novel itu, gimana? Sementara mereka tahunya editornya kan saya. Bisa rusak nama baik saya!

Maaf ya, di manapun saya bekerja sebagai editor, saya dikenal paling teliti soal mengoreksi naskah. Jarang kesalahan eja, tulis atau ketik yang luput dari mata saya.

Kok saya kedengaran nggak ikhlas ya nolong dia?
Oh salah. Saya ikhlas kok. Tapi saya berhak jengkel kan, karena saya merasa diperalat, disepelekan. Saya ini kan menganggap dia teman. Tapi sepertinya dia tidak setulus itu pada saya.

Padahal saya ini kurang apa sebagai teman? Selama proses penerbitan novel itu, dia selalu menelepon saya. Dan selalu pada jam-jam istirahat saya, entah itu tengah malam atau jam satu pagi... dan telepon-teleponnya yang berjam-jam itu isinya hanya soal rasa groginya, ketidakyakinannya, keraguannya... terhadap prospek novelnya. Sampai saya capek memberi suntikan semangat! Saking capeknya, belakangan teleponnya tidak pernah lagi saya angkat.

Sebetulnya, saya sudah menduga bahwa dia tidak setulus yang saya kira. Ketika dia bilang dia akan menerbitkan novelnya dengan penerbitan sendiri, saya bercanda dan bilang, "baguslah, kalau kamu punya penerbitan sendiri, saya juga bisa kasih draft novel saya ke kamu untuk diterbitkan."
Tahu nggak, dia diam saja tuh. Dari diamnya itu saya tahu, dia tidak bersedia. Entah karena apa. Mungkin takut novel saya lebih laku dari novelnya? Who knows.

Sekarang sih, dia saya coret dari friend list saya. Maaf, saya nggak ada waktu berteman dengan orang seperti itu. Dan pengalaman ini saya jadikan pelajaran berharga. Saya nggak akan lagi mau dimintai tolong siapapun kalau nggak ada hitam di atas putih, sekalipun cuma proyek thank you.

15 Januari 2010

something important



Ada satu senior gue yang pernah gue suka sekitar bulan Maret 2009 kemarin. Alasan sukanya sih klise banget. Dulu kita pernah satu project ngerjain acara charity di kampus. Dia itu ketua pelaksananya dan gue adalah koordinator acaranya. Dan cinta lokasi pun terjadi.
See, this is sooo cliché.

Kalau kata orang-orang sih wajar kalau gue bisa suka sama dia. Yang enggak wajar adalah kalau ada cewek yang enggak GR sama kelakuannya dia. Secara si senior ini adalah tipikal cowok yang sangat baik hati terhadap perempuan, sangat perhatian terhadap perempuan, sangat sopan terhadap perempuan, sangat bermulut manis terhadap perempuan.
Pokoknya tipikal cowok yang enggak malu-maluin deh kalau dikenalin ke orangtua.
Cuman, ya itu dia, sikap dia itu ditujuin enggak ke gue doang tapi ke semua perempuan yang kenal dan dekat sama dia. Makanya gue suka, atau dengan kata lain, GUE GR SAMA SIKAPNYA DIA!

Huaaaa... dulu itu rasanya bahagiaaa banget kalau udah kerja bareng dia, atau ngobrol ngomong aku-kamu (sumpah ini enggak penting banget! haha), atau di sms dengan nada-nada perhatian. Cuman sayangnya kawan-kawaaaaan, dia sudah pacar. Damn. Dan udah pacaran selama empat tahun. Shithappens banget deh.

Makanya gue akhirnya melupakan perasaan gue dan move on. Lagian agak bahaya juga suka sama cowok kayak gini. Karena gue enggak tahu gimana perasaan sebenarnya ke gue atau ke orang lain disebabkan oleh sikap baiknya yang tanpa pandang bulu ke semua orang. Jadi, gue pun mengindahkan perasaan gue dan menikmati aja hubungan senior-junior yang akrab dengan dia sampai saat ini.
Dimana sekarang dia dan pacar-empat-tahun itu sudah putus dan gue sempet dekat dengan laki-laki lain.

Pernah suatu kali sahabat gue bertanya kepada gue,
“Tam, si kak ***** udah putus kan sama pacarnya? Elo kenapa enggak suka lagi sama dia?”

Ya kali dikira suka sama orang itu gampang?
Haha.
Daripada gue suka, gue udah terlanjur sayang dengan dia. Tetapi rasa sayang yang enggak pake rasa suka. Menurut gue sayang dan suka itu adalah dua hal yang berbeda. Rasa sayang itu (memang) adalah tahap lebih lanjut dari rasa suka. Yang membedakan saat ini adalah, gue enggak ada rasa deg-degan atau rasa ingin memiliki atau rasa kangen sama dia.
Cuman, he is important for me.
Memang belum bisa disebut sebagai sahabat dan dia bukan lagi orang orang yang disuka.


***

Malam ini alasannya mengapa iseng banget gue nulis tentang dia karena siang tadi saat enggak sengaja ketemu di kampus. Seperti biasa dia menepuk pundak gue dengan hangat dan mengatakan hal ini;
“Pokoknya Tam, aku akan selalu dukung kamu buat maju. Aku akan ada di depan kamu dan di belakang kamu. Aku akan selalu ada buat kamu. Jadi kamu enggak perlu takut, ya!”


Udah jadi rahasia umum kalau gue mau maju jadi ketua himpunan di jurusan gue. Dan dukungan dia yang sangat frontal dan bukan basa-basi itu membuat gue jadi makin sayang sama dia. Satu hal yang gue tahu, perasaan gue bukan perasaan sepihak. :)



Ps: gue itu orangnya jarang nangis, tapi gue pernah nangis sekali dan sesungukan gara-gara tau si senior ini kena dbd dan gue ‘nyaris’ enggak bisa jenguk dia. Pikiran gue saat itu adalah gue takut enggak bisa ketemu dia lagi (karena dikabarkan kondisinya sangat drop).
Hahaha... dan gue lumayan dijadiin bahan tertawaan sahabat-sahabat gue gara-gara hal ini.
Sialan.
;p

14 Januari 2010

Kutu


Satu lagi rahasia memalukan yang akan aku ungkap disini. Aku pernah punya kutu rambut huhuhu
Eh, emang ada ga siy, cewek yang ga pernah punya kutu rambut? Kalo ada, keren dah !!

Seingatku, waktu SMA, aku merasa rambutku tiba-tiba gatel banget. Udah aku keramasin bolak-balik tetap aja gatel. Rasanya juga panas. Karena curiga, aku minta Mama-ku 'metani' *bahasa Jawanya nyari kutu*
Akhirnya, rambutku di sisir pake serit *sisir kutu yang giginya kecil-kecil rapat*, nahhh...berjatuhanlah itu kutu-kutu diatas kalender putih yang dibentangkan Mamaku dibawah rambutku *awass kalo ada yang bilang kayak monyet, kusambit pake bakiaknya Enno*

Kutunya gede-gede, mirip kutu beras. Kulit kepalaku enak kali yee...jadi mereka sehat-sehat. Hari-hari mencari kutu dimulai. Tiap kali Mamaku ngubek-ngubek kepalaku, akunya siy enak-enak aja, malah berasa ngantuk gitu hehehe. Malasnya, gatelnya itu bok...kagak nahannn...

Suatu hari, aku ga sengaja membaca tips cara ngilangin kutu. Aku bertekat mau praktekin tips itu. Caranya, sungguh amat kejam. Pake minyak tanah. Rambutku kubasahi pake minyak tanah trus ditutupi handuk hangat, semalam. Bantalku aja aku kasih alas biar ga bau minyak tanah.
Besoknya, dengan modal kalender yang aku balik biar kutu yang jatuh kelihatan dibagian putihnya, mulailah aku menyisir rambutku pake serit.

Weleh-weleh...kutunya modar kabeh *mampus semua* HWAHAHAHA :P
Rambutku juga kelihatan tambah hitam & berkilat. Ga sia-sia aku nahan bau minyak semalaman. Sejak itu, aku bebas dari kutu-kutu.

MERDEKA !!

Misteri Bra yang Hilang

Bra favorit saya warnanya pink, di sudut cup kanan ada gambar seekor anak kucing belang sedang bermain dengan segulung benang. Tumben-tumbennya memang saya punya bra centil begitu, warnanya pink lagi. Halah, kayak abege! Tapi bra itu enak dipakai. Nyaman. Pas. Dan karena modelnya push up bra, menimbulkan sensasi sexy. Hahaha...

Tiba-tiba saja... yah, tiba-tiba saja bra pink itu hilang. Padahal saya sendiri yang mencucinya dan menjemurnya. Jelas-jelas saya ingat bra itu sedang dijemur dan waktu sorenya mau diangkat... lenyap!

Huaaaaa..... Saya panik dan mencari ke sana kemari. Siapa tahu Ninih, tukang cuci ibu yang mengangkatnya. Ternyata di keranjang jemuran kering tidak ada, di lemari saya tidak ada, di lemari Ibu nihil, apalagi di lemari Ayah dan adik lelaki saya dong. Bete. Saya langsung uring-uringan, tidak lupa pakai nangis. Sedih banget, itu kan bra limited edition. Nggak bakal keluar lagi tahun ini dan tahun-tahun berikutnya. Dan mahaaaalll! Huaaaaa........

Di rumah saya memang suka banyak orang keluar masuk, kebanyakan kaum perempuan. Ada tukang urut langganan, ada tetangga yang mau menjual kangkung, ada isterinya tukang kebun, ada anak-anak abege yang suka minta jambu, ada mantan pembantu yang mencari kerja part time...
Pokoknya banyak orang! Jadi siapa pun bisa jadi tersangkanya.

Sampai hari ini nih, berarti sudah 3 hari bra saya itu lenyap. Saya yakin seyakin-yakinnya kalau bra pink itu diambil orang langsung dari jemurannya. Huh! Saya sumpahin pencuri yang memakai bra itu kutilan!

*Udah ah, mau nangis lagi... huhuhu hiks*

12 Januari 2010

"--------"

" Yenk....!! Hey...awass...! "

Ya Tuhan. Saya langsung mundur ke belakang. Dia seketika merapat dan saya pun menggenggam tangannya kuat *Kaget bo' !*.

"Kamu gak liat apa ada mobil, kamu kenapa sih ?"

" Ha ? ", yeah, saya memang ada kebiasaan buruk, bahwa terkadang orang harus mengulang pembicaraannya ke saya, karena perhatian saya yang mudah teralih akhir-akhir ini.

"kamu kenapa ?"

gak tau hehehe..."


********
Siang itu saya nyaris ditabrak mobil. Kami, Saya dan Dia (baca : pacar saya) menyempatkan untuk makan siang bersama di warung kecil yang berada di depan kos-kosan sebelum saya berangkat kuliah. Dia yang keluar dari warung dengan tangan-yang-masih-sibuk-memasukkan- lembaran-rupiah-di dompet-dan-menyelipkannya- di kantong-belakang-celana tiba-tiba kaget mendapati saya sudah tidak disampingnya dan nyelonong gitu aja ke tengah jalan. Pweehh....untung mobilnya pelan. Dan saya nyaris celaka gara-gara melamun.

Akhir-akhir ini saya sering sekali melakukan hobby yang satu itu. Tiba-tiba terdiam, pikiran kosong, tatapan entah ke mana, tau-tau saya sudah ketinggalan, tau-tau kepala saya sudah sakit kena jitakan gara-gara tidak memperhatikan lawan bicara. Hwaa...So embarrassing !. Orang pun jadi saya buat kesal gara-gara harus mereply omongan mereka. Jadi biar tidak merepotkan orang lain, saya malah memilih untuk menikmati kesendirian di kamar, dengan jendela dan pintu tertutup, lalu menonton film-film. Di depan pintu kamar seolah-olah ada tulisan "No offense please" hahaha....Nonton Film aja bisa-bisanya gak konsentrasi *jitak kepala sendiri!*. Terdengar seperti orang depresi ya ? poor me... tapi gak kok. Tenang aja saya masih sehat wal'afiat. Mungkin efek tamu bulanan kali ya. Saya jadi seperti cerita senetron. :))

WOYY...!!
Tuh kan ngelamun lagi...!!

hahaha...abis rumahnya sepi sih... *Pada ke mana sih ni orang-orang...??*



PS : satu lagi rahasia saya terungkap. Hobby melamun ^^"
PSnya PS : saya lagi pengen melihara kucing lagi, sapa tau bisa ngilangin hobby melamun saya ini fufufu....

11 Januari 2010

Salon


Saya ini sebenarnya salon freak. Bisa nongkrong seminggu dua-tiga kali di salon langganan. Apapun bisa jadi alasan. Nggak ada kerjaan-lah, lagi bete-lah, ingin numpang istirahat-lah. Dari keperluan yang penting sampai tidak penting. Dari hanya ingin gunting kuku atau memang sudah waktunya luluran. Makanya, kalau saya sedang jauh dari kota besar yang biasanya memiliki salon-salon yang memadai, saya selalu bawa peralatan spa sendiri. Satu tas kosmetik isinya segala lulur dan masker. Dari masker wajah, tubuh sampai payudara. Dari yang berguna memutihkan sampai melangsingkan.

Orang-orang sering tertipu dengan penampilan saya yang tomboy. Sehari-hari saya memang lebih suka pakai kemeja, tshirt dan celana jins. Saya jarang pakai high heels dan lebih suka flat shoes atau sandal. Mereka pikir saya tidak bakal punya salon langganan. Bahkan ibu saya saja masih sering kaget kalau melihat saya menenteng-nenteng tas kosmetik yang isinya bahan-bahan home spa. Well, jelas mereka mengira saya ini bukan jenis cewek yang suka merawat tubuh.

Saya punya salon langganan khusus lulur ala keraton. Saya tahu dimana salon yang punya stylist keren tapi tidak mahal, yang hasil guntingannya bisa tetap bagus sampai tiga-empat bulan. Saya punya salon khusus terapi telinga dan terapi aroma. Saya tahu dimana harus facial yang lengkap dan tidak bikin wajah bengkak. Saya juga punya salon langganan yang khusus mengeriting bulu mata saya menjadi lebih lentik.

Dan semua salon-salon itu bukan salon mahal yang biasa dikunjungi para artis dan selebritas. Kalau kalian rajin bertanya dan mengulik sana-sini, kalian bisa kok menemukan salon-salon biasa dengan para stylist berbakat.

10 Januari 2010

Halo semuanya :)




Well, gue kontributor baru disini. Salam kenal dan mulai dari postingan ini di publish maka gue resmi sebagai salah satu penulis di blog ini. Hihi.

Berbeda dari semuanya, saat ini status gue masih mahasiswa. Iya, mahasiswa, yang kerjaannya berkutat dengan buku teori-teori serta membuat makalah dan penelitian.
Jurusan yang gue ambil juga sedikitnya bikin alis orang berkerut, yaitu ilmu politik. Iya, ilmu politik, yang isinya tentang teori-teori politik klasik dari jaman Plato, Socrates, Machiavelli, hingga teori-teori politik modern jamannya Karl Marx sampai mempelajari buku-bukunya Herbert Feith (seorang professor yang mempelajari perpolitikan Indonesia).

Mungkin banyak yang berpikir kalau kuliah ilmu politik itu membosankan. Hm, well, enggak segitunya kok. Sangat menyenangkan malah. Tetapi sejauh ini setelah gue pikir-pikir lagi kenapa gue merasa senang belajar teori-teori politik terlebih karena rasa suka gue mempelajari hal tersebut. Katanya, ketika elo menyukai sesuatu maka ketika menjalaninya pun akan menjadi enjoy.

Dulu, gue enggak pernah berpikir untuk masuk ilmu politik sama sekali. Yang ada dalam pikiran gue semenjak SMP adalah gue ingin masuk fakultas hukum dan menjadi seorang lawyer.
Kenapa lawyer?
Mungkin karena gue ingin membuktikan diri gue yang anak perempuan ke ayah yang profesinya memang pengacara.
Tetapi ketika menjelang akhir SMA dan mengikuti ujian-ujian universitas. Gue mengalami banyak kegagalan untuk masuk universitas yang gue inginkan beserta fakultas hukum yang sangat gue impi-impikan. Sehingga sampailah di satu titik tinggal perjuangan terakhir gue untuk sebuah ujian terakhir kala itu untuk universitas negeri.

Pada saat itu gue mulai memikirkan jurusan alternatif yang ingin gue pilih selain fakultas hukum. Dengan kata lain gue mulai berpikiran secara rasional. Selama ini tujuan gue masuk ke fakultas hukum hanyalah sekedar ajang pembuktian diri gue kalau gue mampu menjadi pengacara. Tetapi gue enggak pernah bertanya sama diri gue sendiri kalau......
‘apakah benar fakultas hukum itu apa yang gue mau?
apakah benar dengan membuktikan diri menjadi pengacara membuat diri gue menjadi puas?’.


Maka atas dasar rasa suka lah gue mencari alternatif jurusan (jadi kalo emang gue enggak keterima hukum, alternatif pilihan lainnya itu adalah sesuatu yang memang gue sukain). Saat itu entah kenapa gue tertarik dengan jurusan politik. Ada yang pernah bercerita sama gue, mempelajari politik itu mengasyikan dan memakai daya nalar. Terlebih lagi iklim perpolitikan Indonesia yang memang bikin semua orang muak itu menantang gue untuk mempelajari apa sih politik yang sebenarnya. Bukan sekedar politik yang ada di dalam image orang-orang kalau politik itu kotor dan politik itu sama dengan korupsi.

Dan disini garisan nasib dan takdir bermain dalam hasil ujian universitas gue. Enggak disangka-sangka, gue malah keterima jurusan ilmu politik. Bahkan ibu gue sampai berulang kali meyakinkan gue apakah ilmu politik itu benar-benar yang gue inginkan, bahkan beliau mengijinkan gue untuk mengulang satu tahun lagi.
Tetapi keputusan telah dibulatkan, takdir dan nasib telah memberikan jawabannya. Dan politik memang ternyata tempat yang terbaik untuk gue jalanin.

Setiap kejadian itu memiliki hikmahnya tersendiri. Kegagalan yang gue alamin saat ujian-ujian sebelumnya makin menguatkan gue bukannya melemahkan tekad gue, bahkan gue menemukan satu jurusan yang benar-benar cocok dengan diri gue.
Memang bukan jurusan terbaik di antara semua pilihan, tetapi yang paling cocok lah yang gue butuhkan. :)

8 Januari 2010

Old School Minded



Diantara sekian banyak sedikit pengalaman cinta saya, ada satu yang mmm sebenernya gak indah-indah amat tapi cukup memberikan pelajaran. Terjadi beberapa tahun yang lalu, saat saya kerja di sebuah radio di bandung. Mungkin karena sering ketemu, akhirnya si dia ini naksir sama saya. Dia adalah penyiar tamu di radio tempat saya kerja. Semua orang gak nyangka kami bisa pacaran, kenapa? karena kami beda 21 tahun sodara-sodara. Tuir bener ya bok selera gue hihihih. Semua orang mengira hubungan kami seperti dalam dongeng mm atau lebih tepatnya, hidup saya yang seperti dalam dongeng. Dia adalah seorang pengusaha kaya raya, punya beberapa pom bensin dan usaha lainnya dan siaran cuma hobi. Dan dia sangat senang memberi orang lain. Setelah kami jadian, temen-temen kantor saya yang ngerasain banget imbas baiknya. Jadi sering dikasih ini itu, diajak jalan-jalan sekantor, pokoknya enak laaah. Maka itu mereka mengira hidup saya bergelimang harta. Bisa saja begitu, jika saya mau. Tapi saya gak suka disokong. Mending punya duit pas-pasan tapi nyari sendiri. Nah, yang orang tidak tahu juga adalaaah, pacar saya ini old school banget pola pikirnya. Bagi dia perempuan adalah makhluk yang sangat rapuh jadi mesti dijaga dengan sangat hati-hati, atau dalam kamusnya dia, dilarang ini itu. Dia antar jemput saya setiap hari, ini membuat saya harus selalu menunggu, karena dia gak selalu datang tepat waktu. Pengennya langsung caw aja gitu pake motor, lalu melaju sembalap di jalanan Bandung. Cepet nyampe tempat tujuan, dan saya gak harus bergantung pada orang. Saya gak suka menunggu. Suatu hari saya bilang pengen punya motor, karena mobilisasi saya tinggi dan sangat gak efektif dan efisien kalo pake angkot. Dia bilang jangan, katanya saya nanti bakal item, bakal cape, bakal stres di jalan karena macet, kasian katanya. Dan saya bilang bahwa tugas saya sebagai jurnalis mengharuskan saya bergerak cepat dan efisien, makanya saya butuh motor. Dia tetap tidak setuju. Untuk 'membungkam" saya, dia sediakan mobil plus sopir buat saya. Untuk sementara waktu saya ngalah lagi. Pake mobil di jalanan Bandung itu sangat buang waktu dan saya gak bisa cepet nyampe tujuan peliputan. Saya tetep butuh motor.


Dalam sebuah obrolan, dia tiba-tiba berkata, "kalo kita udah nikah, kamu gak usah kerja yaa. Dirumah aja, ngurus rumah, ngurus anak, ngurus aku. Kamu mau minta apa aja aku kasih, asal jangan kerja". WTF?! buat saya kerja itu bukan cuma soal nyari duit, tapi juga soal aktuliasasi, soal memaksimalkan berkah yang sudah tuhan kasih. Soal menghargai kemampuan diri sendiri dan memberikan kesempatan pada diri sendiri untuk bereksplorasi, menjadi mandiri. Saat itulah saya tahu, tidak mungkin saya hidup bersama seseorang yang nantinya hanya akan membuat saya bagai mayat hidup.Dari semua sikapnya selama kami pacaran, saya sudah bisa membaca bagaimana gambaran hidup saya jika berumah tangga dengannya. Saya akan jadi orang yang tergantung, lalu perlahan-lahan kehilangan keberdayaan, jadi manja kemudian jadi bego. Dan saya takut menjadi semua itu, karena itu artinya, saya telah kehilangan kesempatan menjalani hidup secara penuh. Untungnya saya tidak bersama beliau lagi dan tentuuu tidak menikah dengannya. Saat kami putus, saya jual cincin pemberiannya buat DP motor hahahahaah!


Kisah cinta saya dengan bapak itu bener-bener memberikan pelajaran. Bahwa apa yang kita KIRA perwujudan dari sikap mencintai belum tentu berakibat baik pada orang yang kita cintai.

7 Januari 2010

Confession

Ehem..ehem...aku mau curhat nih...
Sebelumnya minta maap dulu nih, kalo curhatnya rada lebay. Biasalah...soal suka sama lawan jenis *mau bilang 'cinta' tapi malu* :P

Blom lama, aku menyadari kalo pelan-pelan mulai ada perasaan lebih ke dia. Lebih peduli, lebih kangen, & yang paling repot ini yang terakhir, lebih kepikiran. Padahal siy, ngarepnya ke-lebih-an duit hahaha

Masalahnya, dia ga pernah memasukkan aku dalam daftar cewek yang perlu dipertimbangkan huhuhu *ngusap mata & ingus...sroootttt*

Dia bicara soal cewek A yang PDKT, si B yang ga tahu malu, si C yang rese', etc. Ada beberapa diantara cewek-cewek fansnya itu yang katanya bakal dia pertimbangkan jika saja itu cewek lebih beradab. See... Padahal, menurutku, diantara cewek-cewek fansnya itu, aku yang paling memenuhi syarat *ngerapiin kerah baju, menyingsingkan lengan baju, mau macul* :P

Tapi, jangan suruh aku ngomong kalo aku suka ke dia lho yaa... Ga akan kulakukan. Aku memang ga bicara, tapi aku bertindak. Karena aku sayang sama dia, aku jadi lebih perhatian ke dia. Suka ga rela kalo dia melakukan sesuatu yang hanya bikin dia kelihatan ga baik. Suka sedih kalo dia menyakiti diri sendiri atas nama kesenangan sementara. Aku menjaganya seperti aku menjaga diriku. Itu caraku menyayangi dia.

Haduhhhh...LEBAYYYY... *LOL* :P

Trus solusinya gimana? Sementara ini, aku ga ngelakuin apa-apa. Biar sajalah, aku nikmati pelan-pelan. Toh, kalo udah jodoh ga bakal kemana. Tak kan lari gunung dikejar *emang gunung punya kaki?*

ps: Buat warga 'Old Man Says' yang merasa ngerti siapa 'dia' sebenernya, kumohon dengan sangat untuk tidak menyebutkan namanya disini *pasang tampang memelas*. Terimakasih yak...

6 Januari 2010

Hang Man


07.30 pagi saya masuk kantor. Biasa itu.
Kelar itu ngopi, briefing, internal meeting, kadang accounting meeting, masih biasa.
laporan setumpuk, telepon bunyi terus, fax menjerit, udah wajar.
Onal suronal nelpon???
nah ini pas kaya yang saya perlu.
Bisa buat obat diare. tapi bikin tensi naik.terpaksa yang asin-asin dikurangin.

teleponnya selama 30 menit.
yang dibahas 5 topik.
3 topik menyangkut pekerjaan.
1 tentang basa basi cuaca.
1 curhatan dia.
*ada gitu ya bos yang suka curcol?? adaaaa..... ni dia.

topik 1,2,3 kita skip skip dikit, kan rahasia perusahaan.. hahaha...
BO (bang onal-bimbingan ortu) :
jadi begini, minggu depan ada rakor kite (logat malaysie) di medan,you kena datang untuk itu, kite nak adakan konferens dengan staff jakarta, berkenaan dengan kasus penambang liar itu. Mengerti tak?
DG (denny ganteng) : yes sir. pasti datang saya.

BO : nah, selalunya mengerti ya cakap saye, awak kena catat itu, awak kan pelupa.
DG : *mulai gemes. ya, sir. saya sudah catat.

BO : merujuk pada prinsip first thing first laaah.. jangan lupa awak pun baca buku marketing strategy yang dibagikan kemarin, awak baca tak?
DG : saya baca kok pak.sudah hampir selesai.

BO : baguslah jadi awak bisa bagi saya tahu buku itu ceritakan tentang apa, saya belum tuntas baca, tak ada mase baca buku demikian tebal. 160pages. tebal memang. tapi baiklah kalo awak sudah bace itu. awak bisa bagi saye tahu apa yang dimahukan dari buku itu?
DG : *kupret mau nyontek ni.. panjang ceritanya pak. prinsipnya mirip dengan guerrila marketing.
BO : iyekeh?? guerilla marketing itu rupanye. kenapa die bikin buku tu panjang panjang tulis. tak gune. cakap banyak pun isi cuma guerilla marketing. awak pun kena paham ya itu buku.
DG : iya pak, *gak kayak lo gt kan??

BO : nah, selesai sudah saya punya bisnes dengan awak. lama sekali awak mengerti instruksi saye. kite sudah hampir 30 menit cakap, hasilnya sikit kali. Nah, saya nak keluar sama miss irene, nak makan lah, ke tempat cafe, saya nak belanje (red: traktir) die makan enak, saye nak bilang saye sukakan dia punya personality. Baiklah cukup, awak nanti jangan telepon saye sampai jam 1. Okey? mengerti? jangan telepon saya semase saya bercakap dengan miss irene. Itu adalah hal penting mengingat masa lunch demikian singkat. Okay? mengerti?
DG : ya pak. paham
BO : awak musti mengerti.. jangan salah paham
DG : *sompret!! mengerti pak. saya mengerti.
BO : baiklah. bye.

aarrgggggggggghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
itulah batu 30kg dari hati saya.

Learn Something


hold your head UP; take an unplanned road trip; be thankful; try everything once; color outside the lines; fall in love; embrace change; trust in yourself; do what you love; dance when everyone is looking; eat dessert first; be nice to everyone; send thank you cards; be the change you wish you see in the world; play in the rain; break the rules once a while;  do random acts of kindness; forgive even when it's hard; make time for family and love; dont count the minutes,count the laugh. - Anonymus
---
Dulu, dulu sekali, 1989, saya pernah jadi orang murtad.
Orang yang tahunya menyalahkan Tuhan.
SD kelas 3 atau 4 saya lupa, tapi sudah tidak percaya Tuhan, tidak berdoa.

back before 1989,
orang tua saya sangat berkecukupan, bahkan bisa dibilang berkelebihan.
sangat berkelebihan. sampai setiap lebaran kami memberi seragam baru untuk sekolahan SD di belakang rumah kami, masing masing anak dan guru 1 stel baju seragam baru. Ya, dari kelas 1-nya sampai kelas 6-nya.

agustus 1989, ayah saya ditipu orang. sahabat sendiri. dalam bentuk dollar dan aset perusahaan dan pribadi.
semua tergadai ke bank. ke orang-orang berdasi yang mukanya lurus ketika meminta kami pindah.
7truk-6 mobil kanvas-20 sepeda motor-2mobil pribadi-rumah-gudang-kantor.
Habis.

saya, bulan september, sudah bukan salah satu anak donatur terbesar di sekolah, tapi anak yang disantuni uang sekolahnya oleh guru,teman, dan yayasan sekolah saya.
saya, agustus itu, tidur di kamar bareng orang tua saya. 1 ranjang. kami ber4.
orang tua saya, saya, dan adik saya yang baru saja lahir mei 1989.
kami pindahan naik becak.
cuma punya 1 vespa biru tua, lemari pakaian, 2 kasur kapuk dan sprei.
orang tua saya sudah tidak memakai cincin kawin. bekasnya berupa kulit yang warnanya pucat.
kami makan nasi,kecap,kerupuk,atau telor. Paling banter ikan goreng.
saya sekolah pulang pergi jalan kaki.sering telat.jadi sprinter setiap telat.

saya jadi ugal ugalan. pulang sore jam 6. kadang itu kalau dipaksa jemput.
ayah saya jauh lebih pendiam. ibu saya jadi kurus. adik bayi saya? saya bahkan malas main sama dia.
keluarga besar kedua orang tua saya? entah kemana, menjauh,jauh,jauh, dan hilang, lenyap.
saya jarang bicara kepada orang tua saya. teman. atau guru lagi.
saya lebih senang menendang nendang bola ke tembok sendiri.
main basket sendiri. baca komik sendiri.

Malam natal. 24 Desember 1989.
Saya masih merajuk. Adik saya sudah tidur. saya merajuk di ruang tamu yang juga ruang keluarga, yang juga ruang makan. yang juga garasi motor.
saya ngantuk. mau tidur. panas di ruang ini. paling tidak di kamar ada kipas angin kecil.

Lalu disana mereka berdua.
berlutut di ujung kasur itu. Spreinya basah. Kepala mereka tertunduk. Tubuh ibu saya berguncang-guncang.
saya keluar kamar. Diruang tamu itu, saya diam diam menangis. diam diam berdoa.

...
jadi kalau ada yang tanya, kenapa saya bisa jadi orang yang sangat bersyukur atas segala sesuatu.
Jawabannya panjang.

3 Januari 2010

Jatuh (malu) Cinta

"Hai...namaku Z temennya kakakmu", dia tersenyum manis, menatap saya penuh percaya diri dan mengulurkan tangannya.

1 detik.
2 detik.
3 detik.
4 detik.
5 detik.
detik kesekian.

Saya tergagap, " eh..eh..ya...ajenk ", Tuhan jantung saya berdebug kencang. Saya jabat tangannya sekelebat saja. Akhirnya saya mengenalnya. Cowok yang dari semalam membuat saya memperhatikan dari jauh, mendengarkan-menguping lebih tepatnya- setiap pembicaraannya dengan mereka.

Bagus jenk, pasti kamu sekarang dicap sombong olehnya, pikir saya. Perut saya mulas seketika.

Dia tersenyum lagi, Tuhan ! kok rasanya jadi gak bisa gerak. Tetap saja begitu berdiri mematung berhadap-hadapan.

"Hei ! ngapain bengong ayo...cepetan", saya tersentak oleh tepukan keras kakak sepupu saya yang berlari meninggalkan saya di belakang. Ya, saya ditinggalkan bersamanya. Berdua. Berjalan jauh di belakang mereka.

Dia mengajak saya berbicara banyak hal mulai hobby, di mana saya bersekolah, sudah kelas berapa sekarang, makanan apa yang saya suka dan tidak suka. Saya menjadi pendiam, menjawab sesuai pertanyaan dan menanyakan kembali pertanyaan yang sama seperti pertanyaan yang diajukannya. Garing.

Jantung saya semakin berdebug kenceng. Gak bisa ini. Aku harus segera pergi, pikir saya. Menjauhi dia. Semakin saya mendengar dia berbicara semakin kacau rasanya. Pergi sajalah.

"Eh, aku duluan ya, mereka udah jauh tuh ntar kesasar lagi, daaah...", saya tetap menghadap ke dia berjalan mundur sambil berbicara, lalu berbalik arah dan bersiap lari.

GUBRAAKK !

Saya jatuh. Saya terjatuh tertelungkup hanya beberapa langkah darinya. Ya Tuhan, saya jatuh di depan cowok yang saya kenal hari ini, yang sedari tadi membuat saya berdebar-debar itu.

Hwaaaa....Malunyaaaaa.....http://www.emocutez.com



X.O.X.O,
Ajenk saat masih 14 tahun

2 Januari 2010

Thomas oh Thomas...


Holllaaaaa... MET TAON BARU !!! Semangat baru !!!

Aku mau cerita nih, salah satu rahasia yang jarang banget aku share, coz rada memalukan hehehe

Jaman aku masih sangat imut, waktu SMP, setiap temenku punya idola. Kebanyakan siy fotomodel, mau model dari luar *macam Andy Lau* ato yang produk lokal. Kebetulan...hmm.. *blushing* aku...akuuu...suka sama Thomas Djorghi *ngumpet dibalik pohon* :P

Perjuanganku untuk dapat foto dia, sangat norak. Aku surati *jaman dulu aku blom kenal email* sebuah agen model yang aku dapet di sebuah majalah remaja, bahkan aku mbayar untuk dapat foto dia. Sampe sekarang, foto dia juga masih ada. Biar aku inget kalo aku dulu pernah noraks hwahahahah *LOL*

Betewei, eniwei, busway.... Kok doi sampe sekarang blom merit yak? Mungkinkah dia menungguku? *kabur ke Zimbabwe*
:P

ps: maap yak, kalo fotonya kecil banget. Takutnya, ntar pada naksir *ngelirik Enno*