Tampilkan postingan dengan label Curcol Sari. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Curcol Sari. Tampilkan semua postingan

21 April 2010

Penyiar Idolaku


Dulu, long time ago, saya pernah begitu menyukai seorang penyiar radio Retjo Buntung di Jogja *jujur banget infonya*. Namanya Heidy, laki-laki. Suaranya bikin saya setia banget mantengin radio siang malam, kecuali kalau saya harus kuliah *ya iyalah*. Saya juga belum punya TV, jadi hiburan saya satu-satunya dikost yang sepinya nyaingin kuburan ya cuma radio. Selain suaranya yang memang asyik, cara dia merespon pendengarnya selalu membuat saya tertawa. Asli lucu. Kayaknya, ini orang pasti menyenangkan, pikir saya.

Suatu pagi *saat itu saya numpang tidur dikost sahabat terbaik saya*, tiba-tiba kepikiran ide norak dikepala. Sambil nyeruput teh hangat, saya bilang kalau saya ingin dia menemani saya ke radio RB. Sahabat saya langsung berhenti minum. Tanpa saya ucapkan, dia tahu kalau saya ingin bertemu Heidy. Selain tentang skripsi, obrolan tentang betapa enaknya suara Heidy adalah yang paling sering keluar dari mulut saya. Akhirnya, disepakati kalau sepulang dari kampus, kami akan ke radio.

Siang itu, setelah kami tiba di depan radio RB. Tiba-tiba norak saya kambuh. Saya tidak mau turun dari motor. Saya minta pulang. Saya grogi. Sahabat saya ngakak.

Dan kami pun pulang ...

Sampai hari ini, saya masih menyukai suara Heidy. Masih suka dengerin dia siaran walaupun tak pernah melihat wajahnya. Saya juga masih punya keinginan, suatu hari nanti, bertemu *biar cuma dari jauh aja, soalnya takut grogi* dengannya.

Sayang vs Benci


Sayang dan benci, bersumber pada tempat yang sama. Hati.
Mengutip perkataan orang bijak, beda sayang dan benci hanya setipis kulit bawang. Mungkin karena bersumber pada tempat yang sama, terkadang, memindahkan sayang menjadi benci tak memerlukan waktu lama. Beri saja 1 alasan yang menohok atau khianati saya, percayalah, seperti angin yang menerbangkan debu, sayang saya pun berubah benci.

Sampai disini, alasan-alasan baik yang diciptakan lingkungan untuk mengobati hati saya yang terlanjur luka pun menjadi benar-benar BASI. Bahwa, kita tak perlu memiliki orang yang kita sayangi, atau tetap mendoakan kebahagiaan untuknya kendati bahagianya tidak dibaginya denganmu, atau tetap menyayanginya tanpa membuatnya terganggu. Ya'elahh... Come On...
Daripada mengucapkan hal-hal seperti itu, pergi saja dan belikan saya coklat. Maka saya akan memelukmu sepenuh hati.

Sering juga, terlintas dikepala saya, apakah saya benar menyayanginya atau hanya menyayangi diri saya sendiri? Sehingga saat saya tak bisa bersamanya, saya merasa sakit yang sama seperti ketika orang mencubit tubuh saya. Malah terasa lebih sakit.

Yang jelas, saya selalu percaya bahwa Tuhan di atas sana menyimpan janji rahasia bahwa balasan dari cinta sejati adalah cinta sejati juga.

Siapa tahu, ini cuma masalah waktu.

...

27 Februari 2010

kencan impian[ku]

Berhubung ntar malam adalah malam minggu, aku mau ngobrolin soal kencan yang dari dulu aku pengenin hehehe

Kalo aku dikasih kesempatan buat kencan, trus aku juga boleh milih mau kencan dimana & kayak apa, kayaknya aku pengen melakukan ini:

1. Pegangan tangan, persis kayak di gambar ini hehehe

2. Nonton film romantis *biar tambah berasa lagi kencan*

3. Pergi ke laut, trus ngobrol-ngobrol sambil liat ombak.

4. Makan kepiting, cumi-cumi, udang, pokoknya makanan laut gitu.

5. Trus pulangnya, di teras kost dia ngasih jam tangan *halah* sambil bilang, "Apapun yang terjadi, jangan pergi & tetap tinggal disampingku yak..."

Sekian, impian konyol ini. Terimakasih atas waktu yang telah Anda sia-siakan untuk membaca tulisan yang amat sangat ga penting ini hwahahaha

20 Februari 2010

Terimakasih

Terimakasih yaa...
Untuk selalu ada saat kubutuhkan...

Terimakasih...
Untuk tidak mempertanyakan apa yang ingin kulakukan saat aku sedang tak ingin membaginya...

Terimakasih...
Untuk menerimaku tanpa syarat...

Terimakasih...
Untuk selalu membuatku merasa dirumahku sendiri...

Terimakasih...
Untuk kehangatan yang kau beri tanpa sadar...

Terimakasih...
Untuk senyum & canda yang kau beri saat aku sedang ingin jadi sari yang 'tak baik'...

Aku tak pernah bisa membencimu, untuk apa yang telah maupun yang belum kau lakukan padaku...

16 Februari 2010

tentang pengakuan itu...

Hari ini, 16 Februari 2010, tuntas sudah semuanya.
Sesuatu yang lama kusimpan, aku pertimbangkan matang-matang *sampe nyaris gosong & mengerak*, akhirnya keluar juga.

Ini tentang sebuah pengakuan. Tentang harga diri yang kutekan untuk mengakui sesuatu yang selama ini kupertanyakan keberadaannya. Ternyata, perasaan itu memang ada. Rasa suka padamu.

"Aku menyukaimu, bukan lagi sebagai sahabat. Aku menyukaimu, seperti sukanya perempuan terhadap laki-laki yang telah berhasil membuatnya jatuh hati."

Bukan hal yang mudah untuk orang dengan rasa angkuh yang tinggi sepertiku untuk mengakui bahwa kali ini, akulah yang pertama mengatakannya padamu. Rasanya seperti telanjang di hadapanmu. Aku malu sekali.

Hari ini, aku lega. Aku bisa menaklukan diri sendiri. Bisa mengakui padamu & dunia, bahwa aku manusia biasa. Sekalipun aku mati besok, aku mati dengan tenang. Tidak ada lagi yang aku tutupi darimu.

Ada puisi yang baru saja kutunjukkan padamu. Yang mungkin bisa menggambarkan dirimu. Puisi yang kuambil dari sini.

Kamu bagaikan gula-gula kapas
Manis, legit, memikat
Membuat ketagihan
Kendati kutahu kehadiranmu tak bertahan lama

Kamu seperti pasir
Datang dan sirna dibawa ombak
Lepas berhamburan
Jika terlalu erat digenggam

Kamu layaknya api
Membakar dan menghanguskan
Namun tetap saja aku mendekat kepadamu
Mencari hangat dan pijarmu

Kamu tak ubahnya rembulan
Hanya bisa dipandangi
Tak tergenggam,
Tak sanggup kumiliki.

Aku tak paham puisi-puisi rumit
Dan aku bukan penggemar Sapardi
Namun kamu membuatku mengerti isi hati pujangga
Dan mengapa mereka bisa mencipta larik seindah bunga.

Izinkan aku menyayangimu dengan sederhana
Entah kamu gula-gula kapas, pasir, api, atau rembulan
Karena dengan kamu dalam dekapku
Aku tak lagi peduli akan siapa dan mengapa

Maka, biarkan hatiku jatuh bebas
Entah ia terjun, menukik, berputar
Terjerembab, tersandung, terpelintir
Biru lebam, berdarah, atau berkilau

Biarkan rasa ini ada
Selama aku masih diizinkan menggenggam
Selama ia masih ingin berlabuh
Selama ia masih mampu mengalir

Dan izinkan aku menyayangimu dengan sederhana.

"Tuhan, aku sudah mengaku padanya, tentang sesuatu yang kusebut dengan 'sayang'. Perasaan yang datang dari-MU. Sekarang, semuanya kuserahkan pada-MU lagi. Aku tidak berhak berharap lebih. Biarkan kuasa-MU yang menyatukan atau bahkan memisahkan aku & dia."

27 Januari 2010

Teganya

Hai Guys... *celigukan nyari penghuni rumah*
Ini rumah kok sepi banget yak...
Mumpung lagi ga ada orang, aku mau pinjem kamar buat menye-menye bentar. 15 menit aja.

Aku sedang kecewa, marah, sedih. Di kost aku meraung. Aku sudah ga tahu lagi gimana cara membuatmu nyaman. Kamu terlalu memaksaku dengan caramu yang lama-lama membuatku merasa marah. Kamu kan tidak tahu kalo selama ini, aku terus mengalah. Demi sesuatu yang kujaga agar tidak bubar. Sesuatu yang kuanggap lebih penting dari rasa sentimentilku.

Kalo saja itu bukan kamu, sudah kuhabisi kamu tanpa sisa. Teganya kamu padaku... Memperlakukan aku seolah semua yang kulakukan ga ada yang bener dimatamu. Semuanya salah !! Sementara pada yang lain, kamu sedemikian toleran. Tapi, kalo aku yang salah, tanpa ampun kau menggilasku.

Aku marah padamu. Saking marahnya, aku jadi sedih. Dadaku sesak, asmaku kumat, leherku tegang. See... Semua penyakit yang hanya datang kalo aku udah overload ramai-ramai menghampiriku.

Aku mati-matian menjaga perasaanmu, tapi kau selalu menemukan celah untuk memojokkan aku. Membuatku seperti terdakwa yang tidak punya hak membela dirinya. Kau kejam !!

Aku berusaha tulus melakukan apa yang kubisa untuk membuatmu nyaman. Tulung, hargai sedikit saja apa yang sudah kulakukan. Aku tidak pernah memintamu memahamiku. Tidak perlu. Mungkin aku memang terlalu complicated bagimu yang simple. Biarkan aku menjadi diriku, seperti aku tidak pernah memintamu menjadi yang lain. Aku menyukai semua yang ada padamu & tidak ingin kamu merubah apapun. Kamu orisinil, itu yang membuatku betah.

Aku masih punya sedikit tenaga untuk bertahan. Smoga ini cukup. Mungkin, aku memang terlalu memaksa diriku & tidak memberi jeda sekedar untuk bernafas. Aku mau istirahat...

Guys, aku pamit yak... Mau ngebo dulu dikost, kepalaku sakit lagi...

19 Januari 2010

Aku pernah nyolong ubi


Baiklah.
Saya mengaku.
Saya pernah nyolong ubi dikebun Ibu Guru saya sendiri.
Sungguh perbuatan yang tak terpuji & pantas dihujat.
Ibu Gurunya ngajar pelajaran agama & kebetulan guru tari saya juga.

Ceritanya, setiap semester ada pelajaran masak-masak. Salah satu kawan saya mengajukan usul membuat sup ubi. Tapi, dianya ga punya kebun ubi. Temen yang lain ngajak cari ubi ditempat dia aja. Akhirnya, kesepakatan dibuat bahwa sore ini, kita kumpul dirumahnya & bersiap masuk hutan. FYI, saya besar di pedalaman Maluku Utara yang kebetulan masih punya hutan untuk dibikin kebun oleh kami, para pendatang. Tapi, kami ga gila-gilaan nebang hutan kok, cuma menggunakan tanah disela-sela pohon untuk bertanam ubi & kacang, kadang semangka.

Pergilah kami sore itu, seperti laskar pelangi yang akan memasuki hutan. Cewek semua & kami kompak menggunakan celana pendek. Si temen tadi langsung mengajak kami ke kebun yang dia maksud. Dengan semangat, kami mencabuti beberapa batang ubi yang kami anggap cukup umur untuk dicabut. Ubi-nya kami masukin ke dalam karung yang udah kami siapkan dari rumah.

Tiba-tiba si temen yang ngaku punya kebun itu bilang gini, "Eh, kita pulang cepat sudah e. Nanti Ibu Ida pu suami datang. Kalo kita dapat tangkap, kita tara bisa bikin sup ubi lagi kong." (Kita pulang cepet yok. Ntar suami Bu Ida datang. Kalo kita ketangkap, kita ga jadi bikin sup ubi)

Semua anak noleh. Semua merasa TERTIPU. Whattt ??!!

Temenku yang lain ngomong, "Ceee...ngana tipu kita semua ini? Kurang ajar sekali ngana e." (Kamu nipu kita semua yak? Kurang aja sekali kamu yaa)

Entah siapa yang mulai, kaki-kaki kami memutuskan mulai ambil langkah seribu. Terhuyung-huyung kami membawa karung yang berisi ubi hasil curian sambil berdoa dalam hati biar ga ketangkap.

Esok harinya, saat sup ubi dihidangkan diatas meja & guru-guru mulai berdatangan untuk nyicipin, kami terdiam. Apalagi saat Bu Ida ngomong bahwa sup kami enak. Mata-mata kami saling berpandangan, senyum-senyum dikulum dengan kepala tertunduk. Ibu Guruku tercinta ga tahu kalo ubi dikebun Beliau yang kami gunakan.

*permisiiii...saya mau ngakak dulu*
HWAHAHAHAHA
:P

14 Januari 2010

Kutu


Satu lagi rahasia memalukan yang akan aku ungkap disini. Aku pernah punya kutu rambut huhuhu
Eh, emang ada ga siy, cewek yang ga pernah punya kutu rambut? Kalo ada, keren dah !!

Seingatku, waktu SMA, aku merasa rambutku tiba-tiba gatel banget. Udah aku keramasin bolak-balik tetap aja gatel. Rasanya juga panas. Karena curiga, aku minta Mama-ku 'metani' *bahasa Jawanya nyari kutu*
Akhirnya, rambutku di sisir pake serit *sisir kutu yang giginya kecil-kecil rapat*, nahhh...berjatuhanlah itu kutu-kutu diatas kalender putih yang dibentangkan Mamaku dibawah rambutku *awass kalo ada yang bilang kayak monyet, kusambit pake bakiaknya Enno*

Kutunya gede-gede, mirip kutu beras. Kulit kepalaku enak kali yee...jadi mereka sehat-sehat. Hari-hari mencari kutu dimulai. Tiap kali Mamaku ngubek-ngubek kepalaku, akunya siy enak-enak aja, malah berasa ngantuk gitu hehehe. Malasnya, gatelnya itu bok...kagak nahannn...

Suatu hari, aku ga sengaja membaca tips cara ngilangin kutu. Aku bertekat mau praktekin tips itu. Caranya, sungguh amat kejam. Pake minyak tanah. Rambutku kubasahi pake minyak tanah trus ditutupi handuk hangat, semalam. Bantalku aja aku kasih alas biar ga bau minyak tanah.
Besoknya, dengan modal kalender yang aku balik biar kutu yang jatuh kelihatan dibagian putihnya, mulailah aku menyisir rambutku pake serit.

Weleh-weleh...kutunya modar kabeh *mampus semua* HWAHAHAHA :P
Rambutku juga kelihatan tambah hitam & berkilat. Ga sia-sia aku nahan bau minyak semalaman. Sejak itu, aku bebas dari kutu-kutu.

MERDEKA !!

7 Januari 2010

Confession

Ehem..ehem...aku mau curhat nih...
Sebelumnya minta maap dulu nih, kalo curhatnya rada lebay. Biasalah...soal suka sama lawan jenis *mau bilang 'cinta' tapi malu* :P

Blom lama, aku menyadari kalo pelan-pelan mulai ada perasaan lebih ke dia. Lebih peduli, lebih kangen, & yang paling repot ini yang terakhir, lebih kepikiran. Padahal siy, ngarepnya ke-lebih-an duit hahaha

Masalahnya, dia ga pernah memasukkan aku dalam daftar cewek yang perlu dipertimbangkan huhuhu *ngusap mata & ingus...sroootttt*

Dia bicara soal cewek A yang PDKT, si B yang ga tahu malu, si C yang rese', etc. Ada beberapa diantara cewek-cewek fansnya itu yang katanya bakal dia pertimbangkan jika saja itu cewek lebih beradab. See... Padahal, menurutku, diantara cewek-cewek fansnya itu, aku yang paling memenuhi syarat *ngerapiin kerah baju, menyingsingkan lengan baju, mau macul* :P

Tapi, jangan suruh aku ngomong kalo aku suka ke dia lho yaa... Ga akan kulakukan. Aku memang ga bicara, tapi aku bertindak. Karena aku sayang sama dia, aku jadi lebih perhatian ke dia. Suka ga rela kalo dia melakukan sesuatu yang hanya bikin dia kelihatan ga baik. Suka sedih kalo dia menyakiti diri sendiri atas nama kesenangan sementara. Aku menjaganya seperti aku menjaga diriku. Itu caraku menyayangi dia.

Haduhhhh...LEBAYYYY... *LOL* :P

Trus solusinya gimana? Sementara ini, aku ga ngelakuin apa-apa. Biar sajalah, aku nikmati pelan-pelan. Toh, kalo udah jodoh ga bakal kemana. Tak kan lari gunung dikejar *emang gunung punya kaki?*

ps: Buat warga 'Old Man Says' yang merasa ngerti siapa 'dia' sebenernya, kumohon dengan sangat untuk tidak menyebutkan namanya disini *pasang tampang memelas*. Terimakasih yak...

2 Januari 2010

Thomas oh Thomas...


Holllaaaaa... MET TAON BARU !!! Semangat baru !!!

Aku mau cerita nih, salah satu rahasia yang jarang banget aku share, coz rada memalukan hehehe

Jaman aku masih sangat imut, waktu SMP, setiap temenku punya idola. Kebanyakan siy fotomodel, mau model dari luar *macam Andy Lau* ato yang produk lokal. Kebetulan...hmm.. *blushing* aku...akuuu...suka sama Thomas Djorghi *ngumpet dibalik pohon* :P

Perjuanganku untuk dapat foto dia, sangat norak. Aku surati *jaman dulu aku blom kenal email* sebuah agen model yang aku dapet di sebuah majalah remaja, bahkan aku mbayar untuk dapat foto dia. Sampe sekarang, foto dia juga masih ada. Biar aku inget kalo aku dulu pernah noraks hwahahahah *LOL*

Betewei, eniwei, busway.... Kok doi sampe sekarang blom merit yak? Mungkinkah dia menungguku? *kabur ke Zimbabwe*
:P

ps: maap yak, kalo fotonya kecil banget. Takutnya, ntar pada naksir *ngelirik Enno*

31 Desember 2009

Kamasutra

Pagi-pagi, Enno ngajak ngomong soal macam-macam posisi seks *cubit-cubit Enno*

Kita pake referensi kitab para pemuja seks, Kamasutra. Ada berbagai macam versi, ternyata. Yang sudah pernah kubaca itu Kamasutra versi Anand Khrisna. Masih ada serat Centhini.

Eh, sebenernya baca Kamasutra itu perlu ga siy? Toh, ga semua gaya bisa dipraktekkan dengan nyaman, sekali lagi dengan nyaman lho yaa...
Selama ini, aku baca-baca soal seks dari pakarnya. Kayak Bapak yang dari Batak itu, trus dokter yang rada gemulai yang ini *hmm...tapi jangan sangsikan kepakarannya*.

O iyaaa... menurutku, apapun gaya-nya, pilihlah yang paling nyaman. Kalo ga nyaman, jangan di lakukan. Jangan ganti-ganti pasangan. Lakukan hanya dengan pasanganmu yang sah. Dan yang paling penting, lakukan dengan cinta.

*segera kabur ke Timbuktu naik macan*