17 Februari 2010

Living in lies?

Postingan kedua saya dalam sehari.
I must've been inspired.

Dan benar. Saya terinspirasi untuk menulis LAGI setelah chatting-chatting dengan dedii saya yang ganteng sendiri itu (ngerayu minta dikirimi uang jajan). Setelah berbincang-bincang ngalor-ngidul (bahasa Jawa, maksudnya bicara tentang macam-macam), kami kembali mendiskusikan kenyataan bahwa saya itu takut ketagihan.

Atau seperti dedii bilang, "ketagihan ketakutan atas ketagihan itu".

Mungkin.

Saya jelaskan mengapa saya takut ketagihan. Saya takut bahwa kalau saya terlibat, saya terlanjur memiliki emotional attachment terhadap benda/orang itu, saya akan sakit hati dikala saya kehilangan.

"Berarti intinya kamu bukan takut ketagihan...tapi paranoid about losing", begitu kata dedii.

Dan itu mungkin alasan mengapa saya takut sekali menjalin hubungan baru (hubungan boy-girl, hubungan romantis, hubungan naksir-naksiran, whatever you call it).

Selama 18 tahun hidup saya, saya baru pacaran serius SATU kali. Gebetan ada beberapa, cinta monyet juga ada, TTM juga ada (btw, TTM itu bahasa Inggrisnya Friends With Benefits). Tapi kalo pacar yang benar-benar serius cuman satu. Ya, dengan orang itu.

Cerita singkatnya: Saya pacaran. Putus karena sama-sama lelah LDR (dan dia pacaran sama cewek lain pula). Saya maapkan, dan masih sayang2 dikit. Sempet balikan. Ealah ketauan ternyata dia itu THREE timing. Gak cuman two timing lho ya, 3! Artinya there's me, him, and 2 other girls. WOW)

Setelah itu, tiba-tiba banyak kebohongan dia yang terbongkar. Dan saya merasa ditipu.
Mulai dari saat itu, kepercayaan saya padanya hancur begitu saja.

Dan selama 1 tahun lebih kami berpacaran, ada kemungkinan bahwa dia tidak hanya pacaran dengan saya. Dan dari situlah ke-paranoid-an saya berkembang.

Seperti yang saya katakan sebelumnya...saya takut bahwa kalau saya terlibat, saya terlanjur memiliki emotional attachment terhadap benda/orang itu, saya akan sakit hati dikala saya kehilangan.

I swore to myself to never let the same thing happen to me again. Ever.

I swore to give in to love 100%.
Memang kedengaran salah, tapi ini precaution sebelum hati saya hancur lagi untuk kedua kalinya.

Maybe one of these days, if I met the right person, I'll give in.

Not for now. Don't wanna live another lie.

3 komentar:

  1. Han, aku juga ngerasain perasaan yang sama persis dengan apa yang kamu rasakan. Dan Denny menggambarkan itu dengan tepat, "...tapi paranoid about losing".
    YES, aku juga mengalaminya & baru kemaren juga saat aku memutuskan untuk percaya lagi, aku kembali dihempaskan ke jurang paranoid about losing lagi. *sigh*

    *Cinta memang derita yang tiada akhir, ngutip omongan Pat Kay*.

    BalasHapus
  2. hahahaha...


    ya ya ya
    begitulah cinta
    deritanya tiada akhir ya kiddo..

    BalasHapus
  3. Hai,

    datang mau ngucapin

    happy lunar
    happy valentine's day
    happy ash wednesday

    buat yang merayakan, yang nggak merayakan semoga bulan penuh cinta ini selalu membawa kebahagiaan dan kedamaian...

    Ninneta

    BalasHapus

share us something