Beberapa minggu lalu, mama saya telfon untuk ngasih tau kabar sepupu saya yang akan menikah maret depan. Katanya, pernikahan mewah. Untuk honor EO nya saja hampir 100 juta. Belum ina inu ini itu. Katanya kami semua dibuatkan baju, biar seragam, biar terlihat kompak, kata bapaknya sepupu saya alias paman saya itu. Mendadak saya mendengar nada bicara mama berubah, "Mama sedih kamu dulu gak resepsi".
Saya tau mama sebetulnya menginginkan pernikahan saya waktu itu dibuat resepsi, tapi beliau adalah orang yang sangat menghargai keinginan anaknya, dan anaknya yang ini kebeneran punya konsep yang berbeda untuk merayakan sebuah pernikahan. Jika paman saya diatas yang sangat materialistis melihat resepsi pernikahan adalah sarana dagang hidangan kawinan sehingga dia berasumsi dengan mengundang makin banyak orang dan relasi nya maka makin banyak pulalah isi pundi-pundi yang dipasang, saya beda.
Ketika menikah, yang pertama ada di pikiran saya dan suami adalah kami tidak boleh menyusahkan orangtua dan siapapun. Semua dana, dan printilannya harus dari kami berdua, termasuk yang ngerjain segala persiapan. Dengan domisili si suami yang beda propinsi sama saya, tentulah saya sendiri yang akhirnya harus wara wiri kesana sini karena pernikahan diselenggarakan di tempat saya. Yang kedua, pernikahan buat kami adalah hal personal. Maka kami cuma mau membaginya dengan orang-orang yang secara personal dekat dengan kami. Orang-orang yang punya arti buat kami. Bukan orang yang akan datang ke kawinan buat sekedar pengen tau seberapa besar resepsinya atau seberapa mewah makanannya atau seberapa keren gaun pengantin kami lalu bergunjing setelahnya. Nope, orang-orang begini definetely gak diundang. Ketiga, buat kami, resepsi atau syukuran itu cuma simbol. Nah, karena itu cuma simbol, maka tidak begitu urgen rasanya kalo itu dibuat sampai bikin repot banyak orang. Dengan ketiga pertimbangan ini dan beberapa pertimbangan lain, maka saya dan suami sepakat untuk membuat segalanya sepraktis mungkin. Lamaran, akad, dan syukuran pada hari yang sama, dan pengajian dilakukan sehari sebelumnya.
Beruntungnya saya karena persiapan pernikahan kami dibantu banyak temen saya. Katering dari mertuanya akunting kantor. Make up dikerjakan oleh temen saya yang penyiar juga. Foto dan video shooting dari anak-anak multimedia dan web designnya kantor, dan lain-lain. Memanfaatkan pertemanan banget lah hehehehe. Alhasil, kurang lebih 100 orang teman dekat saya berkumpul pada hari H, termasuk bos besar saya dan istrinya yang ditengah kesibukan mereka ternyata masih meluangkan waktu buat dateng ke syukuran kawinan saya yang sangat sangat sederhana.
Pada hari H tidak ada itu penganten yang harus terpaksa senyum pada semua yang dateng sampe gigi kering saking kebanyakan yang diundang. Yang ada adalah senyum tulus teriring rasa terimakasih seorang kawan pada kawan-kawan tercintanya. Saya pun gak direpotkan dengan kebaya yang ribet dan make up berat serta harus beberapa kali ganti. Cuma satu kebaya putih sederhana, hasil jahitan Ci Ling Ling di Pasar Baru. Si suami juga merasa nyaman-nyaman saja dengan semua undangan karena yang diundang pun dari lingkaran pertemanan saya yang tentunya dia tau. Mama saya pada hari itu terlihat sangat santai, gak stres. Keluarga suami juga gak terbebani apapun . Pokoknya semua santaai ciiin.
Ketika selesai resepsi, saya bisa langsung melihat foto-foto kawinan bareng temen-temen saya dan semua terlihat senaang. Mulai dari proses pengambilan foto sampe eksekusinya menyenangkan. Kami harus bruyuk sana bruyuk sini nyari spot yang bagus buat dipotret karena kami gak pake pelaminan dan rumah saya segitu-gitunya.Alhasil, fotonya di tangga belakang rumah hahahaha. Lucuuu. Lalu gimana foto mantennya? berlatar belakang tembok kamar saya dooong hahahaha! Ketika melihat hasilnya, saya terharu karena semua yang berada di dalam foto adalah orang-orang yang saya cintai, bukan cuma orang yang saya kenal selewat lalu hayyeeuk. Bahkan bos besar saya yang disegani orang-orang se-corporate itu pun mau ikutan dipotret dan tersenyum dengan lebarnya. Indah.
Lalu apa yang paling berharga dari menggelar syukuran pernikahan yang sangat personal? kenangannya beda. Tidak ada kenangan soal pelaminan mewah dan indah serta foto-foto kinclong nan dramatis. Tidak ada cerita soal berapa dapet angpaw dan berapa sisanya setelah dikurangi hutang. Tidak ada cerita soal konsumsi yang habis sebelum waktunya daaan lain-lain. Yang ada, kenangan soal semua detilnya yang begitu membekas. Sampe sekarang saya masih inget waktu saya nge-cat sendiri seisi rumah, padahal itu 3 hari sebelum hari H. Masih inget juga waktu saya nangis di pangkuan mama karena bapak saya gak mau jadi wali nikah. Dan seperti masih segar di penciuman saya wangi rangkaian melati yang saya buat sendiri bareng mama sampe kami harus begadang. Semuanya begitu bermakna.
Maka ketika saya lihat kembali foto-foto kawinan saya, saya bisa bilang, inilah resepsi yang saya kehendaki.
gambar dari sini
NB : Dan kenapa juga itu fotonya foto anak anjing? ah suka-suka saya doong hahaha
Pada hari H tidak ada itu penganten yang harus terpaksa senyum pada semua yang dateng sampe gigi kering saking kebanyakan yang diundang. Yang ada adalah senyum tulus teriring rasa terimakasih seorang kawan pada kawan-kawan tercintanya. Saya pun gak direpotkan dengan kebaya yang ribet dan make up berat serta harus beberapa kali ganti. Cuma satu kebaya putih sederhana, hasil jahitan Ci Ling Ling di Pasar Baru. Si suami juga merasa nyaman-nyaman saja dengan semua undangan karena yang diundang pun dari lingkaran pertemanan saya yang tentunya dia tau. Mama saya pada hari itu terlihat sangat santai, gak stres. Keluarga suami juga gak terbebani apapun . Pokoknya semua santaai ciiin.
Ketika selesai resepsi, saya bisa langsung melihat foto-foto kawinan bareng temen-temen saya dan semua terlihat senaang. Mulai dari proses pengambilan foto sampe eksekusinya menyenangkan. Kami harus bruyuk sana bruyuk sini nyari spot yang bagus buat dipotret karena kami gak pake pelaminan dan rumah saya segitu-gitunya.Alhasil, fotonya di tangga belakang rumah hahahaha. Lucuuu. Lalu gimana foto mantennya? berlatar belakang tembok kamar saya dooong hahahaha! Ketika melihat hasilnya, saya terharu karena semua yang berada di dalam foto adalah orang-orang yang saya cintai, bukan cuma orang yang saya kenal selewat lalu hayyeeuk. Bahkan bos besar saya yang disegani orang-orang se-corporate itu pun mau ikutan dipotret dan tersenyum dengan lebarnya. Indah.
Lalu apa yang paling berharga dari menggelar syukuran pernikahan yang sangat personal? kenangannya beda. Tidak ada kenangan soal pelaminan mewah dan indah serta foto-foto kinclong nan dramatis. Tidak ada cerita soal berapa dapet angpaw dan berapa sisanya setelah dikurangi hutang. Tidak ada cerita soal konsumsi yang habis sebelum waktunya daaan lain-lain. Yang ada, kenangan soal semua detilnya yang begitu membekas. Sampe sekarang saya masih inget waktu saya nge-cat sendiri seisi rumah, padahal itu 3 hari sebelum hari H. Masih inget juga waktu saya nangis di pangkuan mama karena bapak saya gak mau jadi wali nikah. Dan seperti masih segar di penciuman saya wangi rangkaian melati yang saya buat sendiri bareng mama sampe kami harus begadang. Semuanya begitu bermakna.
Maka ketika saya lihat kembali foto-foto kawinan saya, saya bisa bilang, inilah resepsi yang saya kehendaki.
gambar dari sini
NB : Dan kenapa juga itu fotonya foto anak anjing? ah suka-suka saya doong hahaha