22 Agustus 2010
selamat datang cinta (?)
Kepada dia yang jabatan tangannya erat, lekat
dan senyumnya yang terus terbayang.
Kepada dia dengan lengan kokohnya,
dan aku selalu suka bentuk hidungmu yang manis.
Kepada dia yang selalu berlaku gentle dengan attitude prince charmingnya,
aku selalu sayang kamu apa adanya.
*
Di antara ketiganya,
Berada dengan yang nomor dua rasanya seperti sedang bersama sahabat lama yang kembali pulang setelah belasan tahun tidak bertemu.
Berada dengan yang nomor tiga rasanya seperti adik kecil yang dimanjakan oleh seorang kakak penyayang.
Berada dengan yang pertama, walaupun hanya kilasan beberapa detik tetapi perasaan ini pun tidak sanggup aku namakan.
Dan segampang itu aku terpikat...
13 Agustus 2010
Half of One
"One's not half of two; two are halves of one."— E.E. Cummings.
---
Karena kita pernah jadi satu san, karena kita pernah bernafas seirama, karena wangimu pernah menempel lekat di baju. Dan terlebih, karena kita sekarang adalah dua.
Untuk itu tulisan ini ada.
Untuk mengingatkan aku, mengingatkan kamu, apa sekarang kita. Untuk menjadikan pertemuan demi pertemuan bukanlah waktu yang tepat untuk memulai pertengkaran dan sengketa. Karena ketika aku diam dan kau menangis, bukankah itu menyakiti cinta. Apa yang pernah kujanjikan, apa yang pernah kau berikan.
Kita pernah bertukar kenangan, berjauhan untuk waktu yang lumayan, hitungan bulan. Tapi rasanya tidak sejauh sekarang, ketika bahkan aku, masih menginjak tanah yang sama denganmu. Pulau yang sama. Merasakan hujan yang sama. dan mungkin menikmati kemacetan yang sama. Tapi jauh, kau ada di ujung lorong, hanya memandangiku. Tidak mengulurkan tangan, tidak melambai, tidak mengusir jauh-jauh.
Diam saja, bisu. Seperti robot.
Mereka mencintaiku yang mencintaimu. Aku yang dulu. Kau yang dulu. beberapa bulan yang lalu.
Kau yang sekarang, berubah seperti kompas mencari utaramu. Kadang aku, kadang bukan aku.
Coba sesekali, rasakanlah aku. Jadilah aku, sehari saja.
Aku yang sekarang san, melihatmu saja bisu. Aku ingin menyenangkan mamamu, papamu, semuanya.
Tapi aku minta kau coba lagi jadi aku. Sehari saja. Di hari itu.
Dan dengarkan aku, dengan serentetan ucapanku, yang mana merupakan dialogmu,
dengar saja.
Lalu pandang aku, dan ucapkan cinta.
Bisa?
---
Karena kita pernah jadi satu san, karena kita pernah bernafas seirama, karena wangimu pernah menempel lekat di baju. Dan terlebih, karena kita sekarang adalah dua.
Untuk itu tulisan ini ada.
Untuk mengingatkan aku, mengingatkan kamu, apa sekarang kita. Untuk menjadikan pertemuan demi pertemuan bukanlah waktu yang tepat untuk memulai pertengkaran dan sengketa. Karena ketika aku diam dan kau menangis, bukankah itu menyakiti cinta. Apa yang pernah kujanjikan, apa yang pernah kau berikan.
Kita pernah bertukar kenangan, berjauhan untuk waktu yang lumayan, hitungan bulan. Tapi rasanya tidak sejauh sekarang, ketika bahkan aku, masih menginjak tanah yang sama denganmu. Pulau yang sama. Merasakan hujan yang sama. dan mungkin menikmati kemacetan yang sama. Tapi jauh, kau ada di ujung lorong, hanya memandangiku. Tidak mengulurkan tangan, tidak melambai, tidak mengusir jauh-jauh.
Diam saja, bisu. Seperti robot.
Mereka mencintaiku yang mencintaimu. Aku yang dulu. Kau yang dulu. beberapa bulan yang lalu.
Kau yang sekarang, berubah seperti kompas mencari utaramu. Kadang aku, kadang bukan aku.
Coba sesekali, rasakanlah aku. Jadilah aku, sehari saja.
Aku yang sekarang san, melihatmu saja bisu. Aku ingin menyenangkan mamamu, papamu, semuanya.
Tapi aku minta kau coba lagi jadi aku. Sehari saja. Di hari itu.
Dan dengarkan aku, dengan serentetan ucapanku, yang mana merupakan dialogmu,
dengar saja.
Lalu pandang aku, dan ucapkan cinta.
Bisa?
12 Agustus 2010
James Dean
"I have no faith in human perfectibility. I think that human exertion will have no appreciable effect upon humanity. Man is now only more active - not more happy - nor more wise, than he was 6000 years ago."— Edgar Allan Poe
---
Karena sore ini adalah sore yang sempurna untuk menceritakan kamu.
Kamu yang telah memberikan saya rasa berdebar yang aneh. Yang membagi malam dan siang bersama.
Kamu yang membuat saya merasa muda. Seperti menjadi James Dean kembali.
Karena kamu, semua sore jadi sendu. Dan malam benar-benar kutunggu.
Ini bukan cuma ucapan terimakasih. Bukan tentang pernyataan yang belum bisa kuungkapkan.
Ini tentang rasa, yang selalu menyerang ketika kamu hadir. Tentang segala hilang kata dan keringat dingin tiba-tiba ketika mendapati percakapan kita menjadi ungkapan hatiku untukmu.
Tentang semua dead air di telefon. Tentang cemburu diam-diam dan kehati-hatian.
Hanya tentang kamu.
Sesederhana itu. Kamu yang rumit dan susah dimengerti, membuat sore ini sempurna.
Sempurna seperti hujan yang dinikmati perlahan dari dalam cafe yang menyajikan coklat hangat.
karena kamu dan aku, bukanlah apa yang kita rencanakan.
Karena ini adalah angan-angan. dan masih sebatas itu.
Karena rasanya begitu nyata, menyentak, hingar di kepala, derap di jantung.
Tentang kamu, selalu ada cerita. Cerita-cerita kuku berwarna, cerita-cerita yang tidak mau aku lewatkan.
Istimewa, harusnya itu yang dijawab ketika pertanyaannya siapa kamu untukku.
Karena masa depan bukanlah rancanganku dan rancanganmu.
Sekali lagi tentang kamu. The complete you, to complete me.
Jadilah seperti apa adanya kamu saja, karena kepada dia aku sudah jatuh.
Berubahlah suatu saat nanti, ketika era berubah, ketika uban tumbuh, ketika sudah ada kerut di ujung mata.
Jadilah lebih dewasa suatu saat, ketika anak-anak sudah mulai belajar bicara.
Sementara ini. Jadilah masa mudamu.
Karena masa mudaku sudah jatuh kesana.
---
Karena sore ini adalah sore yang sempurna untuk menceritakan kamu.
Kamu yang telah memberikan saya rasa berdebar yang aneh. Yang membagi malam dan siang bersama.
Kamu yang membuat saya merasa muda. Seperti menjadi James Dean kembali.
Karena kamu, semua sore jadi sendu. Dan malam benar-benar kutunggu.
Ini bukan cuma ucapan terimakasih. Bukan tentang pernyataan yang belum bisa kuungkapkan.
Ini tentang rasa, yang selalu menyerang ketika kamu hadir. Tentang segala hilang kata dan keringat dingin tiba-tiba ketika mendapati percakapan kita menjadi ungkapan hatiku untukmu.
Tentang semua dead air di telefon. Tentang cemburu diam-diam dan kehati-hatian.
Hanya tentang kamu.
Sesederhana itu. Kamu yang rumit dan susah dimengerti, membuat sore ini sempurna.
Sempurna seperti hujan yang dinikmati perlahan dari dalam cafe yang menyajikan coklat hangat.
karena kamu dan aku, bukanlah apa yang kita rencanakan.
Karena ini adalah angan-angan. dan masih sebatas itu.
Karena rasanya begitu nyata, menyentak, hingar di kepala, derap di jantung.
Tentang kamu, selalu ada cerita. Cerita-cerita kuku berwarna, cerita-cerita yang tidak mau aku lewatkan.
Istimewa, harusnya itu yang dijawab ketika pertanyaannya siapa kamu untukku.
Karena masa depan bukanlah rancanganku dan rancanganmu.
Sekali lagi tentang kamu. The complete you, to complete me.
Jadilah seperti apa adanya kamu saja, karena kepada dia aku sudah jatuh.
Berubahlah suatu saat nanti, ketika era berubah, ketika uban tumbuh, ketika sudah ada kerut di ujung mata.
Jadilah lebih dewasa suatu saat, ketika anak-anak sudah mulai belajar bicara.
Sementara ini. Jadilah masa mudamu.
Karena masa mudaku sudah jatuh kesana.
Langganan:
Postingan (Atom)