Dalam sebuah obrolan, seorang teman laki-laki bertanya "harus gimana sih memperlakukan perempuan? aku bingung. Kayaknya serba salah". Mmm...menjawab pertanyaan ini emang susah-susah gampang. Seandainya semua bisa dibuat lebih praktis seperti dalam filmnya Mel Gibson dimana kamu tiba-tiba bisa mendengar isi hati para perempuan dan dari situlah kamu jadi tau apa yang sesungguhnya mereka mau.
Tapi dunia nyata bukan film. Ketika itu saya pun rada bingung menjawab pertanyaan si teman. Karena perempuan memang makhluk yang sulit dipahami. Yes people, kami-kita-makhluk perempuan-ini memang dibesarkan dengan sistem yang kompleks, yang membentuk kami pun menjadi pribadi yang kompleks. Kami boleh mengekspresikan apa yang kami rasa, tapi untuk hal-hal tertentu, kami diharuskan tertutup. Nah bingung kan? T
Temen-temen harus banyak baca kajian gender mainstreaming untuk bisa memahami kondisi ini hehehehe. Tapi ada sebuah benang merah yang sangat jelas, walaupun gak juga memecahkan masalah, untuk bisa mencoba memahami perempuan. It called sensitivity.
Kata orang, perempuan itu makhluk sensitif, dan benci mengakui ini, tapi stereotip ini benar. Ini karena makhluk perempuan dibesarkan untuk menjadi perasa. Sejak kecil dia sudah dibebankan berbagai tanggung jawab yang kebanyakan seputar mengurus orang lain dan sekitarnya. Maka itu dia dituntut untuk lebih peka pada sekelilingnya dan itu membentuk perempuan sampai dewasa. Makanya, kepekaan sangat dibutuhkan untuk memahami perempuan.
Dan temen saya makin bingung dengan penjelasan saya yang emang mbingungi ini hahahaah!.
Intinya, laki-laki dan perempuan memang berangkat dari titik pandang yang berbeda. Kalo laki-laki mau mencoba mengerti perempuan, berpikirlah seperti perempuan. Jangan pukul rata. Yang saya dengar dari temen-temen laki, laki-laki itu makhluk pukul rata. Mereka memperlakukan teman laki-laki mereka semua sama.
Well, gak bisa gitu kalo sama perempuan. Mengingat perempuan itu makhluk yang unik, para laki-laki gak bisa pake teori "one for all" untuk semua perempuan. Setiap individu perempuan harus dilihat sebagai dirinya, bukan sebagai kaumnya. Sebagai contoh, gak semua perempuan ingin diperlakukan bagai benda rapuh karena sesungguhnya perempuan makhluk yang sangat kuat, tapi ada kalanya ia memang sedang rapuh dan ingin dimanja, dan untuk tahu keinginannya ini, kita mesti kayak sponge kering. Hold still and pay attention, berusaha serap banyak hal dari sikapnya baru kemudian sarikan. Jangan terlalu cepat menyimpulkan.
Makanya tadi saya bilang, be sensitive, and sensitive also means gak grasa grusu. Ngerti kan deen? loh kok jadi ke deni hihihih.
Ok, sebagai penutup, ijinkan saya menceritakan sesuatu biar tulisan ini makin sulit dimengerti dan gak jelas juntrungannya hauahuahauha!.
Suatu hari saya putus dengan seseorang. Didalam mobil, dibawah pohon beringin rindang yang oh rada menyeramkan, kami bicara. Intinya, hubungan itu sudah gak bisa dipertahankan lagi dan saya pengen semuanya selesai.
Ketika saya akan keluar mobil, si mantan menarik tangan saya, persis kayak pelem India ah tarik-tarikan.
"Tunggu!" dia bilang. "Kita masih bisa memperbaiki semuanya". Saya bilang gak. "bisa aku anter kamu pulang?", kata si mantan.
"Gak usah, saya bisa pulang sendiri", padahal boong hahhahaha! karena saya memang pengennya dianterin pulang, tapi daripada jujur dan tengsin, saya malah mengatakan hal sebaliknya. Saya pun banting pintu mobil.
Jalan beberapa meter, saya masih belum mendengar mesin mobil dinyalakan.
"Oh mungkin dia sedang berpikir hihihihih", kata saya dalam hati. Langkah saya bertambah. Sebenernya saat itu saya sangat berharap dia mengejar saya dari belakang dan keukeuh ingin mengantarkan saya pulang.
Oh saya dengar suara mesin mobil! dia pasti nyusul saya hihiihihi. Dari ekor mata, saya melihat mobil dia mendekat. Eh tapi kooook, dia lewat ajaaaa! sialan! kampret! ternyata dia lewat aja gitu! Huh! Yaa yaa akhirnya saya pulang sendiri, menanti angkot di jalan sepi, masih untung gak diangkut sama satpol PP!
Sepertinya benar juga yang dikatakan orang-orang, perempuan itu lain di mulut lain di hati, hihihihihi.
Tapi dunia nyata bukan film. Ketika itu saya pun rada bingung menjawab pertanyaan si teman. Karena perempuan memang makhluk yang sulit dipahami. Yes people, kami-kita-makhluk perempuan-ini memang dibesarkan dengan sistem yang kompleks, yang membentuk kami pun menjadi pribadi yang kompleks. Kami boleh mengekspresikan apa yang kami rasa, tapi untuk hal-hal tertentu, kami diharuskan tertutup. Nah bingung kan? T
Temen-temen harus banyak baca kajian gender mainstreaming untuk bisa memahami kondisi ini hehehehe. Tapi ada sebuah benang merah yang sangat jelas, walaupun gak juga memecahkan masalah, untuk bisa mencoba memahami perempuan. It called sensitivity.
Kata orang, perempuan itu makhluk sensitif, dan benci mengakui ini, tapi stereotip ini benar. Ini karena makhluk perempuan dibesarkan untuk menjadi perasa. Sejak kecil dia sudah dibebankan berbagai tanggung jawab yang kebanyakan seputar mengurus orang lain dan sekitarnya. Maka itu dia dituntut untuk lebih peka pada sekelilingnya dan itu membentuk perempuan sampai dewasa. Makanya, kepekaan sangat dibutuhkan untuk memahami perempuan.
Dan temen saya makin bingung dengan penjelasan saya yang emang mbingungi ini hahahaah!.
Intinya, laki-laki dan perempuan memang berangkat dari titik pandang yang berbeda. Kalo laki-laki mau mencoba mengerti perempuan, berpikirlah seperti perempuan. Jangan pukul rata. Yang saya dengar dari temen-temen laki, laki-laki itu makhluk pukul rata. Mereka memperlakukan teman laki-laki mereka semua sama.
Well, gak bisa gitu kalo sama perempuan. Mengingat perempuan itu makhluk yang unik, para laki-laki gak bisa pake teori "one for all" untuk semua perempuan. Setiap individu perempuan harus dilihat sebagai dirinya, bukan sebagai kaumnya. Sebagai contoh, gak semua perempuan ingin diperlakukan bagai benda rapuh karena sesungguhnya perempuan makhluk yang sangat kuat, tapi ada kalanya ia memang sedang rapuh dan ingin dimanja, dan untuk tahu keinginannya ini, kita mesti kayak sponge kering. Hold still and pay attention, berusaha serap banyak hal dari sikapnya baru kemudian sarikan. Jangan terlalu cepat menyimpulkan.
Makanya tadi saya bilang, be sensitive, and sensitive also means gak grasa grusu. Ngerti kan deen? loh kok jadi ke deni hihihih.
Ok, sebagai penutup, ijinkan saya menceritakan sesuatu biar tulisan ini makin sulit dimengerti dan gak jelas juntrungannya hauahuahauha!.
Suatu hari saya putus dengan seseorang. Didalam mobil, dibawah pohon beringin rindang yang oh rada menyeramkan, kami bicara. Intinya, hubungan itu sudah gak bisa dipertahankan lagi dan saya pengen semuanya selesai.
Ketika saya akan keluar mobil, si mantan menarik tangan saya, persis kayak pelem India ah tarik-tarikan.
"Tunggu!" dia bilang. "Kita masih bisa memperbaiki semuanya". Saya bilang gak. "bisa aku anter kamu pulang?", kata si mantan.
"Gak usah, saya bisa pulang sendiri", padahal boong hahhahaha! karena saya memang pengennya dianterin pulang, tapi daripada jujur dan tengsin, saya malah mengatakan hal sebaliknya. Saya pun banting pintu mobil.
Jalan beberapa meter, saya masih belum mendengar mesin mobil dinyalakan.
"Oh mungkin dia sedang berpikir hihihihih", kata saya dalam hati. Langkah saya bertambah. Sebenernya saat itu saya sangat berharap dia mengejar saya dari belakang dan keukeuh ingin mengantarkan saya pulang.
Oh saya dengar suara mesin mobil! dia pasti nyusul saya hihiihihi. Dari ekor mata, saya melihat mobil dia mendekat. Eh tapi kooook, dia lewat ajaaaa! sialan! kampret! ternyata dia lewat aja gitu! Huh! Yaa yaa akhirnya saya pulang sendiri, menanti angkot di jalan sepi, masih untung gak diangkut sama satpol PP!
Sepertinya benar juga yang dikatakan orang-orang, perempuan itu lain di mulut lain di hati, hihihihihi.
wahahaha aku pernah banget ngalamin rasanya bilang 'enggak' tapi sebenarnya mauuuuu banget! :)
BalasHapushihihi
jyahhahaaaahahaa...
BalasHapus*alil menyesal pernah di posisi membiarkan cewek pulang sendirian..
hahahhaa....
mana diriku tau kalo dia cuma merajuk..?
Posting ini buat Denny tho? hwahahaha :P
BalasHapusMenurutku, laki2 itu makhluk verbal, kalo ga di omongin dengan jelas, mereka suka ga ngerti apa mau perempuan. Udah ngomong berbusa2 juga blom tentu ngerti, apalagi cuma pake ilmu kebatinan & berharap dia ngerti telepati ala perempuan :D
*silahkan gondok sendiri kalo berharap laki2 mau ngerti tanpa kita omongin apa mau kita*
Eh, cara praktis belajar sensitif untuk ngadepin perempuan kayaknya perlu kamu tulis deh, Pop...Biar Denny paham hehehe :D
You said some true things… women are exclusive creatures.
BalasHapusWe try to look stronger but most of the time we need people care about us, and bring some love and friendship.
Your story about the car remember me one like that. One I was going out with a gentleman who is very special in my life, he make feel a lot of butterflies in my stomach like no one did before. But he doesn’t feel the same for me. We were going out but hidden from people, ‘cause nobody can’t notice about, we were in my car and the plan was leaving him near from his house, it was too late at night and the streets were dark. I stopped the car so far from his home and he said: “DON’T LEAVE ME HERE”, then a got mad because if I could, I leave him at the door of his house. I stopped there ‘cause I just wanted to give a good bye kiss and show him my feelings…. But I didn’t do it ‘cause he react so rude, so I stared the car again and leave him near to his house, that was my plan from the beginning. We don’t talk anymore…
Most of the time, we women, are trying to understand you guys … it is a circle…
Sometimes I think we cant no show to much love to the guys… and that is so sad thing
=)
hahaha...
BalasHapusgue setujulah pokoknya!
:P
hahahahaha
BalasHapuswooooo....
BalasHapusgitu ya..
hmm.....
jurus yg lain ada pop?
wahhh
BalasHapusini keknya blog khusus cewek ya???
@Denny: pop???
BalasHapusWhat you mean??
@rusa bawean : ga koq...terselip 1 lelaki diantara kami...fufufufu..:p
BalasHapuspada intix sey...malu2 tapi mw...
*blushing* :">